Gus Fahrur: Di NU Tak Harus Mati-matian Pertahankan Jabatan!

Aulanews.id – Termasuk salah seorang kiai yang getol memperjuangkan agar ada regenerasi ketua umum Pengurus Besar Nahdaltul Ulama (PBNU) — jabatan yang dalam dua periode (10 tahun) terakhir diemban KH Said Aqil Siroj.

Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Annur 1 Bululawang Malang itu, bahkan secara terbuka dan gencar menyuarakan dukungannya untuk KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). Hasilnya, lewat ajang Muktamar ke-34 NU di Lampung, Gus Yahya berhasil mengalahkan petahana Kiai Said.

Mengapa Gus Fahrur sampai berjuang habis-habisan agar ada regenerasi di PBNU, dan apa harapan terbesarnya setelah Gus Yahya terpilih?

Apa makna kemenangan Gus Yahya?
Ya maknanya adalah regenerasi berjalan dengan baik. Saatnya yang muda tampil ke muka. Kita ini kan punya bonus demografi anak muda yang berlimpah, maka sudah saatnya mereka harus diberi kesempatan dan ini kan memang secara alamiah mesti silih berganti.

Dan terbukti kita mampu mengelola perbedaan itu dengan baik, selesai dengan happy, itu aja, bahwa kita ini rukun lah.

Harapan terbesar setelah Gus Yahya terpilih sebagai ketua umum PBNU?
Saya berharap dia bisa bekerja dengan baik, memajukan pendidikan, kesejahteraan, ekonomi, dan dia harus jadi perekat untuk semua friksi yang membuat kita terpecah, yang sudah ada itu harus disatukan kembali.

Dia kan tagline-nya kan menjadi perdamaian dunia, itu harus dimulai dari perdamaian dengan kawan kita sendiri, he..he.. he

Soal perbedaan dan kritik-kritik sebelum muktamar?
Biasalah, dinamika. Sebelum acara kan biasa ada tabuhan-tabuhan gitu lah, he.. he.. he.

Sebelum muktamar juga sempat ramai soal periode jabatan ketua umum PBNU, apakah memang harus dibatasi dua periode?
Oh ya saya sangat setuju, bahwa harus berdedikasi untuk memberi kesempatan secara bergantian dan semua tidak harus bertahan di satu jabatan.

Bahwa berkhidmat di NU itu bisa dilakukan di luar struktur. Makanya tidak semua harus mempertahakan jabatan mati-matian. Jadi kita semua harus menyadari bahwa jabatan itu akan berputar silih berganti.

Ini harus menjadi tradisi ya, dan itu sudah menjadi kelaziman di era reformasi di seluruh dunia, bahwa pemimpin yang terlalu lama itu tidak akan efektif. Bisa jadi tidak produktif, dan itu akan membuat dia membangun satu kroni yang menjadi kultus, itu menjadi tidak sehat, menjadi sulit dikritik. Jadi dua periode itu sudah cukup.

Dan harus dituangkan di AD/ART NU..
Ya kita usulkan, kita usulkan diajukan di AD/ART.

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist