Aulanews.id – Guterres menyampaikan hal tersebut pada konferensi pers di Markas Besar PBB tak lama setelah Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara mengesahkan resolusi tersebut setelah beberapa hari perundingan.
Dia mengatakan kepada wartawan bahwa tidak ada perubahan signifikan dalam perang yang terjadi di Gaza, dan tidak ada perlindungan efektif terhadap warga sipil.
Dia menguraikan kehancuran yang mencakup lebih dari 20.000 warga Palestina dilaporkan tewas dan 1,9 juta orang, 85 persen dari populasi, terpaksa meninggalkan rumah mereka. Sistem kesehatan Gaza berada dalam kondisi lemah, air bersih semakin menipis dan Program Pangan Dunia (WFP) telah memperingatkan ancaman kelaparan yang meluas.
“Gencatan senjata kemanusiaan adalah satu-satunya cara untuk mulai memenuhi kebutuhan mendesak masyarakat di Gaza dan mengakhiri mimpi buruk mereka yang sedang berlangsung,” katanya. “Saya berharap Resolusi Dewan Keamanan hari ini dapat membantu mewujudkan hal ini, namun masih banyak hal yang perlu dilakukan secepatnya.”
‘Hambatan besar’ Guterres mengatakan bahwa mengukur efektivitas operasi kemanusiaan di Gaza berdasarkan jumlah truk bantuan yang diizinkan memasuki wilayah kantong bantuan adalah suatu kesalahan.
“Masalah sebenarnya adalah cara Israel melakukan serangan ini menciptakan hambatan besar terhadap distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza,” katanya.
Ia menekankan, operasi bantuan yang efektif di sana memerlukan empat elemen yang saat ini belum ada, yaitu keamanan, staf yang dapat bekerja dengan aman, kapasitas logistik, dan dimulainya kembali aktivitas komersial.
Mengenai keamanan, ia mencatat bahwa pemboman intensif Israel dan pertempuran aktif di daerah padat penduduk mengancam warga sipil dan pekerja bantuan.
Meskipun staf kemanusiaan harus dapat hidup dan bekerja dengan aman, 136 personel dari badan PBB yang membantu warga Palestina, UNRWA, telah terbunuh sejak awal konflik, katanya, seraya menambahkan bahwa “tidak ada tempat yang aman di Gaza.”
Kendala logistikBeralih ke bidang logistik, ia melaporkan bahwa setiap truk bantuan yang datang melalui dua perlintasan perbatasan terbuka dengan Gaza – Kerem Shalom dan Rafah – harus dibongkar dan kemudian dimuat kembali untuk didistribusikan ke seluruh wilayah kantong tersebut.
“Banyak kendaraan dan truk kami hancur atau tertinggal setelah kami melakukan evakuasi paksa dan tergesa-gesa dari utara, namun pihak berwenang Israel tidak mengizinkan truk tambahan beroperasi di Gaza. Ini sangat menghambat operasi bantuan,” katanya.