3. Bangunan tak siap
Meski pernah diguncang gempa bumi 1960 yang menewaskan ribuan orang, yang juga membawa perubahan pada peraturan konstruksi bangunan, sebagian besar bangunan di Maroko, terutama di daerah pedesaan dan kota-kota tua, tidak dibangun untuk tahan terhadap guncangan sekuat itu.
Dalam gempa terbaru ini, banyak rumah di kota lama Marrakesh yang padat penduduk, yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO, runtuh.
Rekaman menunjukkan tembok kota abad pertengahan mengalami retakan besar dan bagian-bagian yang runtuh. Tim penyelamat saat ini bekerja untuk menemukan orang-orang di bawah reruntuhan.
Di desa-desa dekat pusat gempa, kondisinya kemungkinan lebih buruk.
“Tetangga kami ada di bawah reruntuhan dan orang-orang bekerja keras untuk menyelamatkan mereka dengan menggunakan sarana yang tersedia di desa itu,” kata Montasir Itri, seorang penduduk desa pegunungan Asni yang dekat pusat gempa, dikutip dari Reuters.
Menurutnya, sebagian besar rumah di desa tersebut rusak. Desa-desa seperti Asni ini terletak di pegunungan Atlas dengan akses yang sulit buat pihak berwenang dan tim penyelamat.
4. Sesar miring
Gempa terbaru ini, kata USGS, terjadi karena “konvergensi lempeng Afrika ke arah utara terhadap lempeng Eurasia di sepanjang batas lempeng yang kompleks”.
Soal penyebab gempa terakhir ini, USGS mengaitkannya dengan “sesar miring terbalik (oblique-reverse faulting) pada kedalaman dangkal di pegunungan Atlas Tinggi Maroko.”
Sesar merupakan rekahan atau zona rekahan antara dua lempeng batuan. Sesar memungkinkan lempeng-lempeng Bumi bergerak relatif satu sama lain dan menyebabkan gempa bumi. Saat terjadi gempa, batu di satu sisi patahan tiba-tiba tergelincir terhadap sisi lainnya.