Aulanews.id – Kelompok Belajar (KB) Pertiwi dan Raudhatul Athfal (RA) Nurul Firdaus mengadakan kegiatan Pawai dan Makan ‘Tajin Sora’ (Bubur Suro) bareng 83 anak didik dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1446 H dan Hari Anak Nasional (HAN) 2024 yang bertema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju” pada Sabtu pagi (27/7/2024).
Tema HAN 2024 adalah “Anak Terlindungi, Indonesia Maju” dan dibagi menjadi enam subtema, yaitu pertama, Suara Anak Membangun Bangsa. Kedua, Anak Cerdas, Berinternet Sehat. Ketiga, Pancasila di Hati Anak Indonesia. Keempat, Berani Memimpin dan Angkat Bicara: Anak Pelopor dan Pelapor. Kelima, Anak Merdeka dari Kekerasan, Perkawinan Anak, Pekerja Anak, dan Stunting. Keenam, Pengasuhan Layak untuk Anak : Digital Parenting.
“Anak sebagai generasi penerus bangsa perlu didukung dan dilindungi agar tumbuh kembangnya menjadi insan yang berjiwa Pancasila di bawah naungan Sang Saka Merah Putih dan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan dan pemberian hak-hak anak sebagai generasi penerus bangsa,” kata Kepala KB Pertiwi Indah Ari Astuti, S.P.
“HAN 2024 ini bertepatan di bulan Muharram, maka kegiatan ini kami kemas dengan pawai yang pelepasannya start dari Kantor Desa Curah Jeru sampai dengan finish di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Pertiwi, beralamat di Jalan Wiraakrama Desa Curah Jeru Kecamatan Panji, dan makan ‘Tajin Sora’ (Bubur Suro) yang bertujuan untuk mengenalkan kepada anak didik sedini mungkin sebagai upaya melestarikan tradisi yang Pancasilais,” imbuhnya.
Heri Junaidi, S.Sos., Wakil Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Panji, menuturkan bahwa arti ‘Tajin Sora’ (dialek Madura) atau bubur suro diambil dari kata “Asyura” dalam bahasa Arab berarti “sepuluh”, yakni tanggal 10 bulan Muharram. Komposisi ‘Tajin Sora’ terdiri atas berbagai macam biji-bijian mulai dari beras putih, beras merah, kacang hijau, dan beberapa jenis biji-bijian lainnya yang kemudian dimasak menjadi bubur kini masih bisa dijumpai di beberapa wilayah Jawa Timur, salah satunya Madura, dan sebagian wilayah Jawa Tengah seperti Yogyakarta, Solo, hingga Semarang sebagai tanda syukur kepada Allah SWT atas berkah dan rezeki yang diperoleh.
“Bubur Suro ini merupakan bubur peninggalan Sunan Bonang. Falsafah masyarakat Jawa memaknai warna Bubur Sura dengan keterangan bahwa, putih melambangkan kesucian, kebaikan yaitu rasa syukur atas nikmat Alloh SWT.