Aulanews.id, Gaza – Sekolah-sekolah PBB di Jalur Gaza telah menjadi tempat perlindungan bagi ratusan ribu warga Palestina yang terlantar. Banyak dari mereka percaya bahwa penetapan gedung-gedung tersebut sebagai tempat pengungsian oleh PBB akan membuat mereka aman dari pemboman Israel yang terus-menerus.
Menurut UNRWA, lebih dari 613.000 dari 1,4 juta pengungsi internal di Gaza berlindung di 150 fasilitasnya di seluruh wilayah yang diblokade.
Namun, kepadatan yang parah, kurangnya privasi dan sanitasi yang tidak memadai telah menempatkan sekolah-sekolah ini pada risiko krisis kesehatan masyarakat yang berkepanjangan dan parah, sehingga menambah tekanan pada sistem layanan kesehatan yang sudah kelebihan beban yang oleh para dokter dan kementerian kesehatan digambarkan berada dalam kondisi kehancuran total.
Dan sekarang, dengan adanya pemboman terhadap sekolah di kamp pengungsi al-Maghazi, yang menyebabkan puluhan orang terluka, jelas menunjukkan bahwa sekolah mungkin bukan tempat perlindungan yang diharapkan oleh lembaga-lembaga kemanusiaan.
“Ini keterlaluan, dan sekali lagi menunjukkan pengabaian yang mencolok terhadap kehidupan warga sipil,” kata Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal UNRWA.
“Tidak ada lagi tempat yang aman di Gaza, bahkan fasilitas UNRWA pun tidak. Setidaknya 4.000 orang telah mengungsi di sekolah UNRWA yang kini menjadi tempat penampungan. Mereka sudah dan masih tidak punya tempat lain untuk pergi.”
Pengungsi di sekolah-sekolah ini juga kekurangan akses terhadap kebutuhan hidup, seperti air, listrik, makanan, susu, popok, dan persediaan penting untuk kesehatan termasuk pembalut, disinfektan, dan obat pereda nyeri.