Sebagai salah satu syarat mendapatkan program kesejahteraan guru berupa tambahan insentif dari pemerintah.
”Fokus kita sekarang adalah bagaimana guru-guru madrasah, guru ponpes bisa sertifikasi, sehingga mendapat tambahan insentif,” terang Wakil Menteri Agama Romo H.R. Muhammad Syafi’i, di Ponpes Syaikh Muhammad Zainuddin NW Anjani, Minggu (15/12).
Disebutkan sebanyak 600 ribu lebih guru madrasah saat ini belum mendapatkan sertifikasi.
Untuk itu ke depan Kemenag akan fokus menyelesaikan persoalan tersebut, agar guru madrasah bisa sejahtera.
Sehingga bisa berdampak pada ponpes maupun madrasah, yang berperan besar untuk bangsa.
Selama ini, dana yang dianggarkan untuk sertifikasi hanya cukup untuk 45 ribu guru.
Namun ia menargetkan sertifikasi guru madrasah akan selesai dalam jangka dua tahun.
Dengan begitu, guru-guru madrasah bisa mendapatkan gaji Rp 1,5 juta dan tambahan Rp 2 juta. Sebagaimana program dari Presiden Prabowo.
”Kami usahakan semuanya mendapatkan sertifikasi dalam dua tahun. InsyaAllah pak presiden akan meresponsnya baik masalah ini, karena salah satu program beliau adalah meningkatkan kesejahteraan guru,” jelasnya dikutip dari jawapos.com.
Tahun 2025, Kemenag menganggarkan sebesar Rp 897 miliar untuk insentif guru non ASN. Anggaran itu ditegaskan tidak termasuk untuk gaji guru-guru ngaji.
Gaji guru ngaji akan dianggarkan Baznas, Laznas dan masing-masing pemda.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Nahdlatul Wathan RTGB Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani menambahkan, dirinya mengapresiasi program Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan kesejahteraan guru-guru madrasah.
”Dari 500 orang guru di sini (Ponpes Syaikh Muhammad Zainuddin, Red) baru seperempat yang dapat sertifikasi,” terangnya.
Selain kesejahteraan guru-guru madrasah, dirinya juga sangat mengapresiasi program makan bergizi gratis bagi siswa.
Saat ini Ponpes Syaikh Muhammad Zainuddin NW Anjani sudah siap untuk melaksanakan program tersebut.
”Kita sudah siapkan dapurnya, ahli gizi dan sasaran juga sudah kita siapkan. Kita siapkan sebanyak 3.500 lebih santri penerima program ini. Yang kita berikan ini santri yang mondok saja. Karena banyak yang mondok di luar, itu tidak terhitung,” tutupnya.