Aulanews.id – Mulan merupakan mahakarya yang menghibur, sangat lucu, memiliki penggunaan sudut dan citra artistik yang jelas, dan feminis. Film ini memberi representasi positif soal karakter orang Asia. Tapi semua itu adalah penilaian terhadap film yang dirilis pada tahun 1998 lalu.
Film Mulan yang akan kita bahas sekarang adalah film yang dibintangi Liu Yifei. Film yang dibuat ulang ini sudah pasti akan dibandingkan dengan pendahulunya yang begitu memikat.
Apalagi, Mulan versi manusia ini baru dirilis setelah penundaan selama berbulan-bulan. Awalnya, Mulan direncanakan tayang di bioskop pada bulan Maret 2020 tapi terhambat pandemi.
Akhirnya, Mulan bisa disaksikan di platform streaming baru milik Disney, Disney+. Pelanggan Disney+ harus membayar biaya tambahan cukup mahal untuk menyaksikannya.
Di Amerika Serikat, Mulan merupakan dan film aksi-laga Disney yang wajib ditonton dengan pengawasan orang tua, untuk penonton minimal berusia 13 tahun.
Mulan berada dalam tekanan untuk menjadi film yang sukses luar biasa. Saya harus segera menegaskan bahwa, harapan itu tidak terwujud.
Film karya Niki Caro ini adalah cerita laga kepahlawanan yang ramah keluarga, dibangun dengan baik, dengan warna-warna cerah, pemandangan megah, dan tema-tema terpuji.
Tapi film ini paling baik dinikmati dengan mengharapkan sebuah film remaja yang solid. Jangan mengharapkan karya sinematik yang monumental.
Seperti dalam film kartunnya yang didasarkan pada legenda China, seorang perempuan muda bernama Mulan (diperankan Liu Yifei) tinggal bersama keluarganya di pedesaan yang indah. Semua pakaiannya adalah karya desain unik dan berkualitas bergaya petani. Bahaya terbesar yang dia hadapi adalah dicemberuti mak comblang lokal.