Aulanews.id. JAKARTA – Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, saat ini perusahaan pelat merah cenderung lebih sehat. Hal itu tercermin dari pendapatan konsolidasi BUMN tahun 2021 yang sebesar Rp 1.983 triliun, laba bersih Rp 126 triliun atau naik di atas 60% dalam kondisi pandemi.
Menurutnya, rasio utang dibandingkan modal telah menurun. Ketika kontribusi BUMN kepada negara besar, maka seharusnya mengubah persepsi bahwa BUMN merupakan perusahaan yang berkinerja buruk.
“Laba bersih konsolidasi Rp 126 triliun dari Rp 13 triliun. Lompatan yang luar biasa karena kerja sama-sama. Utang pun kalau dilihat rasio utang dengan modal yang diinvestasikan menurun. Artinya image BUMN banyak utang, salah,” tegasnya dalam peluncuran Holding Danareksa di Kementerian BUMN, Rabu (20/7/2022).
Erick memandang, jika dirinya melihat menggunakan kacamata pengusaha, biasanya modal lebih kecil dibandingkan utang. Namun, BUMN mampu mencapai kinerja yang baik dengan perusahaan yang sehat.
“Biasanya modal itu lebih kecil daripada utang. Ini kebalik. Jadi kita jangan terjebak persepsi. Ini fakta dan data,” tuturnya.
Erick menegaskan, rasio utang BUMN dengan modal yang diinvestasikan jumlahnya turun dari hampir 40% hanya tinggal 35%. “Utang pun kalau dilihat rasio utang, dengan modal diinvestasikan turun dari 39% jadi 35%. Artinya apa? Image BUMN banyak utang itu ya salah,” imbuhnya.
Di sisi lain, Erick juga menyebut, kinerja positif BUMN diperoleh dari perampingan perusahaan. Sebab, jumlah BUMN yang banyak belum tentu keuangannya sehat. Dia mengklaim berhasil merampingkan jumlah BUMN dari 108 menjadi hanya 41 perusahaan saja.
Ke depannya, Erick berharap BUMN bisa lebih ramping. Targetnya, Indonesia cuma punya 30 BUMN. “Jadi 108 BUMN itu terlalu banyak. Maka kita terus kecilkan menjadi 41. Menteri berikutnya kalau bisa dirampingkan lagi jadi 30. Kita buktikan, banyak nggak berarti sehat,” pungkasnya. (vin)