Aulanews.id – Surabaya, Empat ulama Mesir yakni Syeikh Prof Dr Muhammad Abdusshomad Mehanna, Syeikh Abdul Azis as-Syahawi, Syeikh Prof DR Yusri Rusydi Jabr al-Hasani al-Azhari, dan Syeikh Ahmad Muhammad Mabruk al-Husaini menghadiri Haul Ke-30 Pendiri Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial NU (YTPSNU) “Khadijah” yakni KHA Wahab Turcham.
Dalam Haul ke-30 KHA Wahab Turcham yang dihadiri Ketua Pembina YTPSNU Hj Khofifah Indar Parawansa, di YTPSNU Khadijah, Surabaya, Senin, Syeikh Prof Dr Muhammad Abdusshomad Muhanna mengapresiasi YTPSNU “Khadijah” yang fokus pada pendidikan khusus perempuan, karena mendidik perempuan itu sama dengan mendidik sebuah bangsa.
“YTPSNU Khadijah yang memperhatikan pendidikan khusus perempuan itu merupakan perjuangan yang hebat. Nama Yayasan Khadijah ini sungguh menyentuh hati saya, karena Khadijah memang benar-benar sosok yang memahami Islam sejak diturunkan. Khadijah disebut Rasulullah sebagai orang yang beriman pada saat semua orang tidak percaya kepada Rasulullah. Orang yang membenarkan semua ucapan Rasulullah ketika semua orang mendustakan,” kata Syeikh Muhammad Abdusshomad Muhanna.
Lebih dari itu, katanya, Siti Khadijah juga mendukung dengan harta pada saat semua orang menghalangi hartanya untuk membantu Rasulullah. “Khadijah itu benar-benar sosok yang mengumandangkan dakwah Islam sejak Rasulullah mengumandangkan. Khadijah itu nama sosok yang sangat mendukung dakwah,” katanya dalam acara yang juga dihadiri tokoh pendidikan NU Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim itu.
Terkait dakwah, Rasulullah sendiri meletakkan pondasi dakwah Islam dengan dimulai pembelajaran yang diikuti lima orang yakni Bilal (budak), Khadijah (perempuan), Ali (muda/kecil), Abu Bakar (pembenar pertama), dan Rasulullah sendiri. Kelima tokoh yang dianggap lemah inilah yang mengubah peradaban dari perbudakan ke rahmat.
“Bagaimana cara mengubah peradaban itu? Rasulullah mengubahnya dengan kejujuran. Kalau niat kita luhur pasti dituntun Allah. Jalan menuju ke kejujuran adalah ikhlas, ilmu, iman, yang semuanya tidak dapat dicapai, kecuali dengan pendidikan. Pnmdidikan itu pondasi, sedang perempuan itu pondasi bangsa, maka mendidik perempuan itu sama dengan membangun bangsa,” katanya.
Apresiasi lain juga datang dari ulama Mesir lain yang hadir dalam Haul Pendiri YTPSNU Khadijah itu, yakni Syeikh Abdul Azis As-Syahawi. Ia mengapresiasi langkah Ketua Pembina YTPSNU, Khofifah Indar Parawansa, yang membangun pendidikan Islam, apalagi dengan nama Khadijah yang bernuansa pendidikan.
“Manhaj (metode) terbaik dalam pendidikan/kehidupan adalah manhaj yang diajarkan Rasulullah, tidak ada metode yang lebih baik daripada yang diajarkan Rasulullah, karena beliau ibarat Alquran yang berjalan, beliau memberi contoh dengan akhlak. Kitab As-sifa karya Imam Al-Qodi’iyat menyebut sifat lembut, saja’ah/berani, dan tidak pernah marah. Jangan marah, kata Rasul, maka kamu akan masuk surga,” katanya.
Senada dengan itu, Syeikh Prof DR Yusri Rusydi Jabr Al-Hasani Al-Azhari dari Mesir juga mengapresiasi YTPSNU Khadijah yang memberi perjuangan pendidikan kepada perempuan. “Wanita yang baik ada empat tokoh yakni Fatimah, Khadijah, Maryam, dan Aisyah, jadi nama YTPSNU ini menggambarkan kebesaran Khadijah,” katanya.
Sementara ulama lain dari Mesir, Syeikh Ahmad Muhammad Mabruk al-Husaini juga menekankan pendidikan yang dicontohkan Rasulullah dengan dua akhlak yakni jujur dan amanah. “Bahkan, musuh yang memburu Rasulullah saat perjalanan Mekkah-Madinah, yakni Suraqah bin Malik juga percaya kepada Rasulullah karena jujur,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Khofifah mengucapkan terima kasih kepada para ulama Mesir yang bersedia hadir ke YTPSNU Khadijah, Surabaya, sebelum mengisi konferensi internasional di Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto, yang diasuh Prof Dr KH Asep Syaifuddin Chalim.
“KH Abd Wahab Turcham yang kelahiran Peneleh, Surabaya pada 5 Januari 1915 itu mendirikan Madrasah Mualimat di Kawatan, Surabaya pada 1954, lalu pindah ke Wonokromo, Surabaya pada 1959 dan baru ada lulusan pertama pada 1960, lalu berganti nama menjadi Khadijah pada 1975.
Kiai Wahab Turcham yang juga alumni Madrasah Nahdlatul Wathan (embrio NU) itu memilih fokus murid perempuan, karena pendidikan bagi laki-laki sudah banyak yang memperhatikan,” katanya. (*)