Aulanews.id – Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa jumlah gas metana yang dilepaskan manusia ke atmosfer terus meningkat akibatnya hal tersebut dapat mempercepat perubahan iklim. Pada tahun 2020, dunia melepaskan 670 juta ton metana ke udara yang meningkat hampir 12% sejak tahun 2000. Studi ini menemukan bahwa emisi metana dari aktivitas manusia meningkat hampir 18% dalam dua dekade terakhir, sementara emisi dari sumber alami hanya naik 2%. dilansir dari phys (11/09/2024)
Studi yang dipublikasikan dalam Environmental Research Letters ini juga menunjukkan bahwa kadar metana di atmosfer sekarang 2,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan era pra-industri. Setelah sempat stabil di awal 2000-an, kadar metana kembali melonjak karena pembakaran bahan bakar fosil, pertanian skala besar, dan pembuangan sampah.
Penulis utama studi ini, Rob Jackson, yang juga kepala Global Carbon Project, menyatakan bahwa metana merupakan ancaman iklim yang sering diabaikan. Meskipun karbon dioksida masih menjadi gas rumah kaca paling berbahaya, metana meningkat jauh lebih cepat dan memiliki dampak yang lebih langsung terhadap perubahan iklim.
Jackson menjelaskan bahwa karena metana hanya bertahan di atmosfer selama sekitar sepuluh tahun, mengurangi emisi metana dapat memberikan dampak positif yang lebih cepat dalam melawan perubahan iklim. Di tahun 2000, sekitar 60% emisi metana berasal dari aktivitas manusia, dan kini meningkat menjadi 65%.
Studi ini juga mencatat peningkatan emisi metana hampir seluruh dunia, kecuali Eropa. Lonjakan besar terjadi di Asia terutama di China dan India yang sebagian besar berasal dari sektor pertambangan batu bara, minyak, gas, serta dari tempat pembuangan sampah dan pertanian.
Namun, Jackson juga memperingatkan tentang peningkatan emisi metana dari lahan basah tropis yang dipicu oleh suhu yang lebih hangat, karena gas ini lebih sulit dikendalikan. Sementara itu, upaya global untuk mengurangi emisi metana yang dijanjikan pada tahun 2021 belum memberikan dampak signifikan dan tren saat ini menempatkan dunia pada jalur pemanasan hingga 3 derajat Celsius, jauh di atas target perjanjian iklim Paris 2015.