Search

Eka Tjipta Widjaja Jatuh-Bangun Rintis Kertas Tjiwi Kimia

Hidup serba kekurangan, membuat Eka Tjipta kecil terpaksa meninggalkan pendidikan pasca lulus sekolah dasar di Makassar. Dia juga harus mencicipi bermacam-macam profesi atau pekerjaan, mulai dari pedagang permen, biskuit, kembang gula keliling, hingga jadi kontraktor kuburan seharga Rp 3.500 per liang lahat.

Eka juga sempat menjual kopra alias daging buah kelapa yang dikeringkan. Eka pun bekerjasama dengan Corp Intendans Angkatan Darat (CIAD) dan memperoleh laba besar. Namun, perlahan usahanya mulai bangkrut ketika Jepang mengeluarkan kebijakan monopoli kopra.

Eka memutuskan untuk pindah ke Surabaya di usia ke 37 tahun dan mulai berbisnis kebun kopi serta kebun karet. Kerja kerasnya pun terbayar di 1960, ketika dia berhasil mendirikan usaha perdagangan kecil dengan nama CV Sinar Mas.

Baca Juga:  Kerjasama dengan AMG, Jamu IBOE Ingin Kenalkan Budaya Minum Jamu

Dari sana, Eka memulai bisnis produksi bubur kertas dari bahan sisa pengolahan karet. Kini, perusahaan tersebut bertransformasi menjadi dengan beberapa unit bisnis bidang kertas dan pulp, agribisnis dan pangan, layanan keuangan, real estate, telekomunikasi, hingga sektor energi serta infrastruktur.

Tak hanya sampai situ, Eka juga mengakuisisi Bank Internasional Indonesia (BII) pada 1982. Di bawah kepemimpinan Eka, aset BII yang semula hanya mencapai Rp 13 miliar terus meningkat menjadi Rp 9,2 triliun. Bank ini kemudian banyak mendanai usahanya yang lain.

Eka juga berkali-kali masuk jajaran orang terkaya di Indonesia. Bahkan, pada Bloomberg Billionaires Index memasukkan taipan Sinarmas Group ini dalam deretan orang yang kekayaannya melonjak paling tinggi pada 2018, beberapa peringkat di bawah boss Amazon, Jeff Bezos yang memiliki kekayaan US$ 149 miliar saat itu.

Baca Juga:  PLN Siapkan Pembangunan Transmisi Listrik Jawa-Bali, Target Proyek Rampung 2025

...

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist