“Pangsa pasar pun hingga merambah nasional dan internasional,” lanjut Riamah.
“Sesuai namanya, produk ecoprint adalah ramah lingkungan. Semua produk ecoprint terbuat dari bahan alam, mulai dari kainnya menggunakan serat alam, seperti katun primis, rayon hingga sutera,” jelasnya.
“Proses pewarnaan juga menggunakan warna alam, yang terbuat dari daun, kayu, umbi hingga akar tumbuhan dari alam Indonesia. Bukan pewarna sintetis,” lanjut Riamah yg sehari-sebagai Redaksi di Majalah Aula – Aula Media Group (AMG).
Sekretaris APEI Jatim Sri Isnawati melanjutkan pelatihan ecoprint kali ini hanya bersifat dasar. Peserta dikenalkan teknis mendasar dalam proses pembuatan ecoprint, sekaligus belajar karakter daun. Dalam hal pewarnaan, setiap daun punya hasil warna yang berbeda-beda. Seperti warna kuning, itu bisa didapat dari daun Afrika, sedangkan hijau dari daun kenikir dan jarak. Warna oranye bisa dari bunga kenikir dan sebagainya.
Isnawati mengatakan bahwa teamnya menggunakan bahan alami yang ada di Magetan untuk pelatihan ecoprint. Yakni, daun cemara, daun jarak, daun afrika dan rumput benggala.
“Jadi, tidak perlu cari daun yang jauh-jauh. Di sekitar sudah ada banyak bahan,” terangnya.
Masih menurut Isnawati, setiap orang bisa belajar ecoprint. Pasalnya, proses pembuatannya cukup mudah. Pertama, cuci kain putih yang baru dibeli dengan menggunakan air hujan atau campuran air dengan TRO powder dan abu soda. Selain sutra, kain tersebut harus direbus sampai mendidih.
“Jika sudah direndam kurang lebih satu jam, kain dibilas dan dikeringkan,” katanya.
Kedua, membuat larutan mordanting dari tawas atau alum dan cuka makanan. Kain yang sudah dicuci lantas dimasukkan ke dalam larutan bersifat asam itu. Fungsinya untuk meningkatkan kemampuan menempelnya bahan pewarna pada kain. “Cukup diremas-remas selama 5 menit. Setelah itu dibilas pakai air beningnya kapur dan dibersihkan pakai air biasa,” ucapnya. Kain yang sudah diproses mordanting siap untuk dilakukan pencetakan.
Tahap berikutnya, bahan-bahan alami, seperti daun, rumput dan bunga, diletakkan di atas kain sesuai kreasi peserta. “Cetaknya pakai teknik mirror atau simetris. Jadi dua sisi kiri dan kanan kain akan tercetak motif dedaunan yang sama,” imbuhnya. Usai menata daun, kain ditutup plastik, digulung dan diikat rapat. Gulungan kain itu dimasukkan ke dalam tempat kukus agar getah atau tanin daun keluar dan membentuk motif atau keluar jejak yang menempel pada kain. Lama pengukusan sekitar 2 jam dengan suhu sangat panas dan stabil.