Sementara itu, tanpa menyebut nama Jabalia, beberapa negara sudah mulai menjauhkan diri dari Israel. Bolivia telah memutuskan hubungan diplomatik, sementara negara tetangganya, Kolombia dan Chile menarik duta besar mereka untuk berkonsultasi. ‘Titik terendah baru’ Organisasi kemanusiaan juga menyampaikan kritik terhadap serangan tersebut.
“Kami merasa ngeri dengan berita yang datang dari kamp Jabalia, di mana sejumlah besar orang dilaporkan tewas akibat serangan udara Israel,” kata Doctors Without Borders (Medecins Sans Frontieres, atau MSF), yang stafnya berada di Rumah Sakit al-Shifa, tempat banyak korban tewas dan korban yang terluka dirawat, dalam unggahannya di Twitter.
“Anak-anak kecil tiba di rumah sakit dengan luka dalam dan luka bakar parah. Mereka datang tanpa keluarga mereka. Banyak yang berteriak dan menanyakan orang tua mereka,” kata perawat MSF, Mohammed Hawajreh.
Bantuan Medis untuk Palestina (MAP) yang berbasis di Inggris mengatakan, serangan hari Selasa harus menjadi “seruan untuk mengingatkan”.
“Serangan ini menandai titik terendah baru dan harus menjadi peringatan bagi para pemimpin dunia dan politisi di mana pun,” kata Melanie Ward, CEO MAP.
“Permintaan mereka yang lemah lembut untuk mematuhi hukum internasional diabaikan sepenuhnya,” tambahnya.
“Israel malah meningkatkan keganasan serangannya yang tidak pandang bulu dan tidak proporsional. Akibatnya, satu anak terbunuh setiap 10 menit dan seluruh keluarga dilenyapkan.”
TERDAMPAR
Meskipun lebih dari separuh dari 2,3 juta warga Palestina di Gaza telah meninggalkan rumah mereka, beberapa ratus ribu masih terdampar di utara, tempat pasukan dan tank Israel bergerak maju di berbagai sisi Kota Gaza.