Aulanews.id – Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Surabaya manggandeng Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya untuk bergerak bersama dalam memakmurkan umat.
Hal itu dibahas dalam pertemuan kedua belah pihak yang dipimpin Ketua DMI Surabaya Arif Afandi dengan Sekretaris PDM Surabaya Catur Anang Hutoyo di Kantor PDM Surabaya, Jalan Wuni, Sabtu 29 Juli 2023.
Dalam kesempatan ini, Arif Afandi ingin mengajak PDM Surabaya untuk sama-sama meningkatkan kesejahteraan umat. Sebab, masalah kesejahteraan sosial masih menjadi problem besar di Surabaya.
Salah satunya adalah menggandeng dengan menghidupkan koperasi di masjid untuk membantu perekonomian umat.
“Misal masjid binaan Muhammadiyah target satu masjid ada customer yang kita beri bantuan Rp2 juta untuk membantu usahanya. Misal satu masjid 20 orang ini akan membantu sekali,” ungkap Arif.
Untuk itu, dari hasil pertemuan tadi pihaknya akan membentuk tim kecil untuk mematangkan konsep tersebut bersama tim dari PDM Surabaya.
“Kalau misalnya ini disepakati untuk bersama misal ada masjid Muhammadiyah kemudian disitu ada koperasinya gitu, artinya kalau butuh sistemnya kami sangat siap sekali,” ujar mantan Wakil Walikota Surabaya itu.
Bagi Arif, Muhammadiyah menjadi partner yang baik karena dari sisi organisasi mampu mengelola perekonomian yang baik. Sehingga, apabila bisa bergerak bersama akan memberikan dampak yang cepat.
Sementara itu, Sekretaris PDM Surabaya Catur Anang Hutoyo menyambut baik apa yang menjadi gagasan dari DMI Surabaya. Sebab, gagasan tersebut juga akan bermanfaat bagi umat.
“Menurut kami ini suatu yang luar biasa sehingga kami paham betul perkembangan masjid di Surabaya. Usulan atau ide-ide bagaimana bekerja sama ini perlu direalisasi, salah satunya membentuk koperasi nanti kami akan bentuk tim konkretnya seperti apa,” kata Catur.
Tak hanya itu, pihaknya juga tertarik untuk bekerja sama dengan DMI Surabaya terkait perkembangan dakwah. Sebab, saat ini kegiatan pengajian diakui berkurangan sehingga perlu ditingkatkan lagi.
“Basic islam itu kan dengan pengajian, mungkin Muhammadiyah terlalu intelek sehingga lupa pengajian rutin ahad di masjid. Dengan teknologi seperti kata Prof Haedar Nasir perlu disiapkan dai-dai memanfaatkan digital,” pungkasnya. (Jam)