“Karena kita memahami negara bangsa dan Pancasila sebagai dasar negar, karenanya politiknya adalah politik kebangsaan, bukan politik aliran. Itulah pandangan-pandangan NU, yang bisa disamakan frekuensinya,’ tuturnya.
Tentu prinsip-prinsip tersebut ada yang mengganggu: komunisme, sekularisme, materialisme. Itulah yang menjadi gangguan yang menjadi prinsip-prinsip kebangsaan.
“Warga NU selain memahami wawasan keagamaan yang moderat, dan wawasan kebangsaan yang nasionalis. Membangun kesadaran bersama untuk menyemalatkan NKRI,” kata Kiai Anwar Iskandar.
Meski begitu, Kiai Anwar mengingatkan, ada kelompok-kelompok yang menggerogoti keutuhan negara ada di tengah masyarakat.
Maka, menurutnya, penting sinerji antara Babinsa dengan NU ranting atau pondok pesantren.
“Sinergi bisa dilakukan bukan hanya di Kodam dan PWNU melainkan juga di tingkat Kodim dan PCNU. Kami bukan pintu 24 jam bagi para tentara yang hadir ke kiai-kiai untuk menyamakan visi dan demi keutuhan NRKI,” kata Kiai Anwar Iskandar.
Mayjen Nurcahyanto mengatakan bahwa kebijakan pimpinan TNI, khususnya AD, sudah akan dimulai rekrutmen santri untuk menjadi prajurit. “Peluang itu sudah dibuka, akan dicoba untuk sosialisasi kepada para santri dan NU guna melaksanakan rekrutmen,” tutur pangdam.
“Ini peluang yang luar biasa. Bila prajurit direkrut dari santri, khususnya dari NU, niscaya dijamin komitmennya pada NKRI dan nasionalismenya. Kami akan menindaklanjuti dengan menyampaikan Komandan di Dandim hingga di jajaran bawah,” imbuhnya. (NF)