“Dulu, PLN merupakan perusahaan yang tertutup, saat ini, PLN merupakan perusahaan yang sangat terbuka dan kolaboratif. Kami siap dengan semua peluang kolaborasi,” imbuhnya.
Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN Wiluyo Kusdwiharto menambahkan, PLN telah menyusun peta jalan transisi energi bersama dengan pemerintah dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 yang merupakan RUPTL terhijau sepanjang sejarah PLN dan Indonesia dengan komposisi pembangkit EBT sebesar 52%. Tidak berhenti disitu, saat ini perseroan tegah merancang kembali RUPTL yang sudah terhijau ini dengan transformasi agresif yang di sebut Accelerated Renewable Energy Development (ARED).
“Hal ini menandai komitmen besar dalam transisi energi di sektor ketenagalistrikan Indonesia, di mana penambahan kapasitas pembangkit 75% berbasis pada energi baru terbarukan (EBT) dan 25% berbasis pada gas,” jelas Wiluyo.
Wiluyo juga menekankan kembali bahwa kolaborasi global sangat krusial untuk memecahkan tantangan transisi energi seperti investasi, intermitensi listrik EBT, hingga kesenjangan antara lokasi sumber energi EBT di daerah terpencil dengan pusat permintaan listrik di perkotaan.
“Kami telah menjalin kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai negara, dengan investor lokal dan internasional, dengan pengembang, penyuplai, dan vendor (terkait transisi energi). Kami telah mendiskusikan dengan mereka bagaimana menjalankan transisi energi secara smooth dan secepat mungkin,” tutup Wiluyo.