Depo Obat KKHI Makkah Memaksimalkan Kebutuhan Obat bagi Jemaah Haji

Aulanews.id – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI terus berupaya memaksimalkan pelayanan kesehatan bagi jemaah haji, termasuk menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan. Pada penyelenggaraan haji tahun 1445 H/2024 M, Kemenkes RI menyediakan 62,3 ton obat untuk menunjang kesehatan para jemaah haji selama di Tanah Suci.

Kepala Pusat Haji Kemenkes RI Liliek Marhaendro Susilo mengungkapkan, proses pengadaan sebagian obat dan perbekalan kesehatan (perbekkes) lainnya untuk kebutuhan pelayanan di Arab Saudi dilakukan di Indonesia, kemudian dikirim ke Arab Saudi. Proses pengadaan sebagian lainnya dilakukan di Arab Saudi.

Setelah seluruh obat diterima, obat tersebut didistribusikan ke wilayah kerja Makkah dan Madinah, dengan proporsi 80% untuk Makkah dan 20% untuk Madinah. Dari 80% proporsi obat di Makkah, 10% disiapkan untuk puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).

Pembagian proporsi obat ini didasarkan pada perkiraan lama waktu jemaah haji berada di setiap wilayah. Total perjalanan jemaah haji Indonesia di Arab Saudi selama 40 hari. Dari lama waktu tersebut, jemaah haji diperkirakan hanya menghabiskan waktu 8-9 hari atau sekitar 20% dari total waktu jemaah berada di Arab Saudi. Sedangkan di Makkah, jemaah tinggal lebih lama, yakni 31-32 hari.

Untuk distribusi obat, koordinator obat dan perbekalan kesehatan di Arab Saudi Ahadi Wahyu Hidayat menjelaskan, Makkah dan Madinah mempunyai sedikit perbedaan. Untuk di Makkah, depo obat menyalurkan obat untuk apotek di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, sektor, kloter, serta pos satelit. Di Madinah, depo obat hanya menyalurkan obat ke apotek di KKHI Madinah, sektor dan kloter karena tidak terdapat pos satelit di Madinah.

Lebih lanjut, Ahadi menjelaskan, untuk mempercepat proses pelayanan serta mendisiplinkan proses pencatatan dan pelaporan digunakan aplikasi SSLOH, yaitu Satu Sehat Logistik Obat Haji. Dengan demikian, kloter, sektor, apotek di KKHI, pos satelit, dan ruang perawatan harus menggunakan aplikasi SSLOH untuk meminta obat.

“Mereka (sektor, apotek, kloter, pos satelit, dan ruang pelayanan) punya akun masing masing untuk pelayanannya,” kata Ahadi.

”Juga, sudah diterapkan e-resep yang digunakan sebagai dasar untuk pengeluaran obat menggunakan aplikasi,” kata dia lebih lanjut.

Menurut Ahadi, dalam pelaksanaannya, aplikasi SSLOH masih menemui beberapa kendala, terutama untuk layanan yang sifatnya cepat seperti IGD. Ketika sinyal lemah saat menggunakan aplikasi, kecepatan e-resep dapat terhambat. Hal tersebut dapat berakibat pada proses permintaan obat kembali.

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist