Aulanews. ID — Militer Israel mengebom sebuah sekolah yang menampung pengungsi Palestina di Gaza tengah, menewaskan sedikitnya 18 orang, termasuk enam anggota staf badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA).
Pemogokan pada hari Rabu yang meratakan sebagian fasilitas yang dikelola PBB di kamp pengungsi Nuseirat dikutuk oleh beberapa negara dan lembaga PBB. Dilansir dari Aljazeera ( 13, 09, 2024 )
Sekitar 12.000 pengungsi Palestina, kebanyakan dari mereka wanita dan anak-anak, berlindung di al-Jaouni, menurut UNRWA, ketika pasukan Israel melakukan dua serangan udara di gedung itu.
“Pembunuhan tanpa henti dan tidak masuk akal, hari demi hari,” kata Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini. Staf, tempat, dan operasi kemanusiaan telah diabaikan secara terang-terangan dan tanpa henti sejak awal perang.
Kematian enam anggota staf membuat jumlah karyawan UNRWA yang tewas di Gaza menjadi setidaknya 220.
Juru bicara Pertahanan Sipil Palestina di Gaza, Mahmoud Basal, memposting di aplikasi perpesanan Telegram bahwa sekolah itu dibom untuk kelima kalinya dan lebih dari 18 orang terluka.
“Tidak ada kata-kata yang dapat mencerminkan kengerian dan hilangnya nyawa yang sebenarnya di Gaza,” tulisnya di X. Rumah sakit, sekolah dan tempat penampungan telah berulang kali dibombardir, mengakibatkan kematian warga sipil dan kemanusiaan.
Banyak bangunan sekolah telah digunakan kembali untuk melindungi keluarga pengungsi di seluruh Jalur Gaza yang terkepung, karena mayoritas dari 2,4 juta orang di daerah kantong itu telah berulang kali dicabut oleh perang.
Pasukan Israel telah menyerang beberapa sekolah semacam itu dalam beberapa bulan terakhir, mengklaim bahwa Hamas beroperasi dari tempat-tempat ini dan bersembunyi di antara warga sipil. Kelompok Palestina telah membantah tuduhan tersebut.
Militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah melakukan serangan yang tepat terhadap pusat komando dan kontrol Hamas di dalam kompleks al-Jaouni. Mereka tidak menguraikan hasilnya, tetapi mengatakan banyak langkah diambil untuk mengurangi risiko bagi warga sipil.