Cerita Pedagang Pohon Pinang di Jakarta Sepi Pembeli Jelang HUT Ke-78 RI

Seorang sedang merias pohon pinang dan siap dijual di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan
Seorang sedang merias pohon pinang dan siap dijual di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan

“Karena itu (diambil) dari hutan, kita bawa ke pinggir jalan. Dari pinggir jalan, kita naikin ke mobil. Itu mentahannya aja lumayan. Mentahannya Rp500 ribuan belum kita kelola. Kalau buat untuk penjualan, bervariasi. Tergantung panjang dan jarak yang mau kita antar. Jadi ada negosiasi,” jelas Fajar.

Ideal panjang satu batang pohon pinang mencapai 12 hingga 13 meter. Tetapi ada pula yang pendek dan biasa digunakan untuk lomba panjat pinang anak-anak, sekitar 7-10 meter. Fajar paling jauh pernah mengantar ke daerah Jakarta perbatasan Tangerang.

Ia tak pernah bisa memprediksi apakah barang dagangannya akan habis terjual atau tidak. Tetapi dari tahun ke tahun, biasanya akan habis terjual sampai akhir Agustus.

“Kalau buat habis, kita nggak bisa prediksi. Biasanya sampai tanggal 30 Agustus pun masih ada yang bikin acara lomba. Kebanyakan sih momen-momen orang buat itu di hari libur. Kita bingung, pernah habis pernah sisa. Makanya risiko jualan pohon pinang itu besar,” jelas Fajar.

Meski begitu, lanjut dia, para pembeli pasti ada saja, tak harus dipergunakan untuk lomba panjat pinang. Tetapi, juga bisa untuk dibuat berbagai bangunan.

“Ada yang (beli) untuk bangun WC umum di pinggir kali. Ada yang bisa buat saung-saungan atau buat bangku tongkrongan. Jadi, tetap ada manfaatnya lah,” tandasnya.

Tak jauh dari lokasi Fajar, ada pedagang pohon pinang yang lain, namanya Subur. Ia mengaku sudah berdagang sejak 1996, saat masih remaja dan membantu usaha kedua orang tuanya.

Ngurusin beginian dari kecil, bantuin orang tua, bapak emak. Kira-kira dari tahun 1996,” tutur Subur.

Ia mendapatkan pohon pinang dari Rangkasbitung, Banten. Sebanyak 38 batang pohon pinang sepanjang sembilan meter disiapkan menyambut HUT Ke-78 RI. Per batang, dibanderol harga kisaran Rp400 ribu.

“Harga satuan, dari sananya Rp300 ribu satu batang. Setelah disisik (dikuliti) tambah Rp50 ribu, kalau sama dilubangin Rp70 ribu. Kurang lebih 10 sudah keluar tadi,” kata Subur.

Ia bilang, proses pengerjaan untuk menguliti satu batang pohon dikerjakan dalam waktu 2-3 jam. Dalam sehari, Subur bisa memproses 3 batang pohon untuk dikuliti, diamplas, dan siap untuk dipanjat. (MEM)

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist