Aulanews.id – Percepatan penurunan kasus stunting pada balita merupakan salah satu program prioritas pemerintah Indonesia saat ini. Upaya ini dilakukan agar balita Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal sehingga menghasilkan generasi yang berkualitas.
Untuk mendukung program pemerintah dalam upaya menekan kasus stunting ini, IKA UNAIR SIDOARJO bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Sidoarjo, selama bulan Agustus hingga Desember 2023, melaksanakan kegiatan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) kepada sekitar 430 balita khususnya di wilayah Lemahputro Sidoarjo.
“IKA UNAIR SIDOARJO tidak hanya memberikan menu makanan yang bergizi, akan tetapi juga memberikan edukasi bahwa dengan bahan–bahan makanan yang murah, mudah didapat dan sederhana, namun mampu memberikan nilai gizi yang dibutuhkan oleh balita,“ kata Theodora Susanti, SE. Tim PMT IKA UNAIR SUDIARJO.
Ditambahkannya, tinggal bagaimana cara mengolahnya supaya layak dikonsumsi, mempunyai nilai gizi yang tinggi dan cocok untuk Balita. Misalnya dengan diolah & dimasak tanpa menggunakan msg, minim garam, rasa manis diambil dari kaldu sayur, menggunakan kaldu ayam alami, memperbanyak protein , sayur & buah.
Hal ini dilakukan karena biasanya stunting terjadi pada anak-anak yang datang dari keluarga yang kurang mampu untuk mengakses makanan, baik dari segi jumlah , kualitas gizi, maupun variasi.
Sementara itu dr.Hendarti Praharaning ES, SpA, dokter spesialis anak konsultan Tim PMT dalam kegiatan ini, menyatakan stunting atau kurang gizi membuat tinggi badan anak lebih pendek dari standard usianya. Hal ini dapat dihindari dengan memastikan kandungan pada asupan makanan yang mereka santap. “Makanan yang disarankan tidak hanya mengandung protein , akan tetapi juga mengandung asam amino dan zat besi , dan ini salah satunya terdapat pada jenis daging merah. Daging merah ini paling bagus zat besinya, bagus juga untuk mengatasi sel darah merah,” jelas dr. Hendarti Praharaning ES, SpA.
Daging merah ini, menurut Hendarti, bisa dibuat sup atau bola–bola daging. Akan tetapi kalau daging merah dianggap mahal, bisa menggantinya dengan kacang – kacangan, seperti kacang merah atau kacang polong, karena kacang-kacangan mengandung protein nabati.
“Telur juga merupakan bahan makanan yang mengandung protein tinggi, bahkan telur disarankan untuk dikenalkan pada balita sudah sejak mulai diberikan makanan Pendamping ASI (MPASI). Porsinya cukup 1 butir 1 hari. Untuk menghindari alergi diberikan bagian kuningnya terlebih dulu, karena pada bagian putih telur banyak mengandung protein,” ungkapnya.Akan tetapi, lanjut Hendarti, selain pola makan, yang perlu diperhatikan juga adalah pola asuh pada balita. Situasi dimana kedua orang tua harus bekerja, merupakan salah satu yang membuat orang tua melakukan kesalahan dalam pemberian makanan yang mengakibatkan tidak terpenuhi nya asupan gizi pada anak. “Pemantauan pertumbuhan anak yang tidak rutin, pemberian ASI yang tidak optimal juga berkontribusi dalam penyebab terjadinya stunting ini,” pungkas Hendarti.(*)