Namun, setelah pandemi virus Corona dan kekacauan penarikan AS dari Afghanistan, negara-negara Teluk Arab termasuk Arab Saudi, mulai menilai kembali bagaimana mengelola hubungan dengan Iran.
Pangeran MBS juga menginginkan Timur Tengah yang damai dengan harga minyak yang stabil untuk mendorong rencana pembangunan besarnya sendiri untuk kerajaan yang menelan biaya miliaran dolar.
Pada Maret, Arab Saudi dan Iran mencapai kesepakatan di China untuk membuka kembali kedutaan.
Sebelum kunjungan Amirabdollahian, menteri luar negeri Iran terakhir yang mengunjungi Arab Saudi dalam perjalanan publik adalah Mohammad Javad Zarif, yang melakukan perjalanan ke kerajaan pada 2015 untuk menyampaikan belasungkawa atas kematian Raja Abdullah.
Kunjungan itu dilakukan saat Arab Saudi masih berjuang untuk menarik diri dari perang selama bertahun-tahun di Yaman melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran yang menguasai ibu kota, Sana. Kunjungan Amirabdollahian bertepatan dengan kunjungan baru mediator Oman di sana untuk mencoba mencapai kesepakatan damai.
Namun, tantangan tetap ada, terutama terkait program nuklir Iran yang semakin maju, perang yang dipimpin Saudi di Yaman, dan keamanan di perairan kawasan itu.
Sementara itu, Amerika Serikat masih berusaha menyelesaikan kesepakatan dengan Iran untuk membebaskan warga Amerika yang ditahan dengan imbalan pembebasan miliaran dolar yang dibekukan di Korea Selatan, sekaligus memperkuat kehadiran pasukannya di Teluk Persia. (Mg06)