Aulanews.id , Jeddah – Menteri luar negeri Iran bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS) sebagai bagian dari kunjungannya ke kerajaan itu pada Jumat (18/8/2023). Ini merupakan sebuah tanda bahwa kedua negara tersebut berusaha meredakan ketegangan setelah bertahun-tahun menjadi musuh bebuyutan.
Pertemuan itu tidak terpikirkan sebelumnya, karena persaingan lama Teheran dan Riyadh dipandang sebagai konflik proksi di Timur Tengah yang lebih luas.
Bahkan MBS pernah membandingkan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dengan Adolf Hitler pada satu titik di tahun 2017.
Namun, sejak mencapai kesepakatan yang dimediasi China pada Maret, Iran dan Arab Saudi telah membuka kembali misi diplomatik di negara masing-masing. Raja Saudi, Salman, bahkan mengundang Presiden Iran, Ebrahim Raisi, anak didik Khamenei, untuk mengunjungi kerajaan tersebut.
Televisi negara Saudi menayangkan gambar Pangeran Mohammed duduk bersama Amirabdollahian di kota pelabuhan Laut Merah, Jeddah. Badan Pers Saudi yang dikelola negara menjelaskan sedikit detail substantif dari percakapan mereka hanya mengatakan bahwa mereka meninjau hubungan dan “peluang kerja sama di masa depan”.
Dalam sebuah postingan di X, sebelumnya dikenal sebagai Twitter, Amirabdollahian mengatakan kedua pria itu berbicara selama 90 menit dalam pertemuan di Jeddah.
“Pembicaraan yang jujur, terbuka, dan bermanfaat, berdasarkan kebijakan bertetangga,” tulis menteri luar negeri dalam postingannya.
“Melalui wasiat kepala kedua negara, hubungan bilateral yang berkesinambungan di segala bidang tetap terjaga. Kami menyetujui ‘keamanan dan pembangunan untuk semua’ di wilayah ini.”
Amirabdollahian tiba Kamis di Riyadh, ibu kota Saudi, untuk bertemu dengan mitranya, Pangeran Faisal bin Farhan.
Kerajaan memutuskan hubungan dengan Iran pada 2016 setelah pengunjuk rasa Iran menyerbu kedutaan Saudi di sana. Arab Saudi telah mengeksekusi seorang ulama Syiah terkemuka dan 46 orang lainnya beberapa hari sebelumnya, yang memicu demonstrasi.
Awalnya, Saudi juga mendukung pemberontak yang mencoba menggulingkan presiden Suriah yang didukung Iran, sementara Bashar Assad juga menentang kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon.
Sejak AS secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran dengan kekuatan dunia pada 2018, Iran disalahkan atas serangkaian serangan. Serangan itu termasuk yang menargetkan jantung industri minyak Arab Saudi pada 2019, yang untuk sementara mengurangi separuh produksi minyak mentah kerajaan.