Kendati demikian, bisnis dalam dunia pertambangan juga harus melihat segi ESG (Environtmental, Social, and Government). Dari segi sosial, hasil tambang ini bisa berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Begitu juga dengan peningkatkan kesehatan dan pendidikan masyarakat dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Dalam hal pertambangan, Jawa Timur menjadi salah satu provinsi yang menyimpan banyak sumberdaya, dimana hal tersebut memberikan peluang yang cukup besar.Di Banyuwangi, terdapat kurang lebih 3000 orang yang berforfesi sebagai pegawai di bidang pertambangan. Hal ini membuktikan bahwa pertambangan menjadi salah satu bidang yang menyerap tenaga lokal cukup tinggi.
Selain itu, bidang ini juga menjadi motor pembangunan di banyak daerah. “Tentu saja, bagaimana lokasi pertambangan tersebut menjadi pemicu bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjadi pendapatan negara.” tambahnya.
Tata kelola bidang ini sejatinya telah diatur secara resmi di 7 Core Subject Iso 26000 dalam hukum Indonesia. Baik pemerintah, masyarakat sipil, maupun bisnis yang diliputi dengan unsur ESG dan CSR, sejatinya berperan penting dalam mengjadirkan strategi keberlanjutan. “Di Merdeka, kita telah melakukan laporan keberlanjutan sejak 2019. Mulai dari dampak lingkungan, sosial, dan tata kelola dari aktivitas perusahaan” ujarnya ketika melakukan kilas balik.
Hal ini memerlihatkan bagaimana perusahaan tambang dapat menjadi modal untuk membangun dan mensejahterakan masyarakat.
Tidak saja berdampak bagi hari ini, Tom Malik juga memeparkan harapannya supaya bidang pertambangan bukan hanya eksis pada era ini, namun juga secara berkepanjangan di generasi selanjutnya.