AulaNews.id – WASHINGTON, 25 Maret – Hubungan antara Presiden Joe Biden dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu merosot ke titik terendah pada masa perang pada hari Senin ketika Amerika Serikat mengizinkan pengesahan resolusi gencatan senjata Gaza di PBB dan memicu teguran keras dari pemimpin Israel tersebut.
Dilansir dari berita Reuters yang diterbitkan pada 26 Maret 2024, Netanyahu tiba-tiba membatalkan kunjungan delegasi senior ke Washington minggu ini untuk membahas ancaman serangan Israel di kota Rafah di Gaza selatan setelah AS abstain dalam pemungutan suara Dewan Keamanan yang menuntut gencatan senjata segera antara Israel dan Hamas dan pembebasan semua sandera yang disandera oleh militan Palestina.
Penundaan pertemuan tersebut menimbulkan hambatan baru yang besar dalam upaya AS, yang khawatir akan semakin buruknya bencana kemanusiaan di Gaza, untuk membuat Netanyahu mempertimbangkan alternatif selain melakukan invasi darat ke Rafah, tempat terakhir yang relatif aman bagi warga sipil Palestina.
Ancaman serangan semacam itu telah meningkatkan ketegangan antara sekutu lama AS dan Israel, dan menimbulkan pertanyaan apakah AS akan membatasi bantuan militer jika Netanyahu menentang Biden dan tetap melanjutkan upayanya.
“Ini menunjukkan bahwa kepercayaan antara pemerintahan Biden dan Netanyahu mungkin sedang runtuh,” kata Aaron David Miller, mantan negosiator Timur Tengah untuk pemerintahan Partai Republik dan Demokrat. “Jika krisis ini tidak ditangani dengan hati-hati, krisis ini hanya akan semakin memburuk.”
Keputusan Biden untuk abstain di PBB, yang terjadi setelah berbulan-bulan mengikuti kebijakan lama AS yang melindungi Israel di PBB, tampaknya mencerminkan semakin besarnya rasa frustrasi AS terhadap pemimpin Israel tersebut.
Presiden tersebut, yang mencalonkan diri kembali pada bulan November, menghadapi tekanan tidak hanya dari sekutu Amerika tetapi juga dari semakin banyak rekan Demokrat untuk mengendalikan tanggapan militer Israel terhadap serangan mematikan Hamas di lintas batas pada 7 Oktober yang menurut Israel menewaskan 1.200 orang.
Netanyahu juga menghadapi tantangan dalam negerinya sendiri, termasuk tuntutan anggota koalisi sayap kanan untuk mengambil sikap keras terhadap Palestina. Dia juga harus meyakinkan keluarga sandera bahwa dia melakukan segalanya demi pembebasan mereka, meski sering menghadapi protes yang menyerukan pengunduran dirinya.
Ketika kantor Netanyahu mengumumkan pembatalan kunjungan tersebut, dia mengatakan kegagalan Amerika untuk memveto resolusi tersebut merupakan “kemunduran yang jelas” dari posisi sebelumnya dan akan merugikan upaya perang Israel.