Di pasar ini, hampir semua pelayan dan pedagangnya bisa berbahasa Indonesia. Malah ada dua pemuda penjaga toko, bisa sedikit berbahasa Jawa. Saat ditanya asalnya, pemuda itu mengaku dari Myanmar.
“Saya banyak teman dari Indo,” katanya saat ditanya bagaimana dia bisa berbahasa Indonesia dan Jawa.
Soal mata uang untuk berbelanja, jangan khawatir, toko-toko di pasar ini juga menerima uang “Jokowi” (Rupiah).
“Jokowi? Oke,” kata seorang abah-abah pedagang Arab sambil mengacungkan jempolnya tanda setuju menerima uang Rupiah.
Salah satu barang yang diburu pembeli Indonesia di Pasar Kakiah adalah jilbab Turki “Miss Colour”. Harganya memang relatif bersaing, mulai dari 10 riyal hingga 20 riyal per biji. Harga pashmina 10 riyal, bila beli perbungkus jadi 95 riyal isi 10 biji.
Untuk sajadah, ada banyak pilihan dari Turki, India, Syria, dan tentu barang-barang dari China. Pembeli yang tidak mau membeli barang-barang produk China harus jeli mengecek barang tersebut buatan mana. Sebab, banyak produk-produk seperti tasbih, sajadah, surban, jilbab buatan China.
Untuk mainan boneka unta, harga bervariasi tergantung besarnya, mulai dari 10 riyal.
“Buat oleh-oleh anak, kebetulan anakku 2 cewek semua. Di Pasar Kakiah harganya lebih miring, banyak pulihan,” ujar Arvian, seorang pembeli dari Indonesia.
“Lebih murah, harganya grosiran, beli 3 dapat harga grosir,” ujar Haji Ahmad yang membeli 3 sajadah Nabawi seharga total 110 riyal. Di tempat lain, katanya, 1 sajadah Nabawi harganya 45 riyal.