Selain itu, Hasan Nasbi juga mengaitkan hal tersebut ketika Pilpres 2004 dan 2009, dimana Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono juga maju sebagai capres ketika dirinya sendiri menjadi presiden pada saat itu. Baginya, hal–hal seperti ini sudah dialami Indonesia sejak dulu.
“kita sudah mengalami hal – hal yang seperti ini. Jangankan anaknya yang maju, diri sendiri yang maju ketika diri sendiri menjadi presiden juga ada,” ujarnya.
Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan sikap netralitas, karena bangsa Indonesia terlalu besar untuk bisa dikontrol dengan kekuasaan dan kewenangan tertentu.
“Tidak selalu masyarakat Indonesia bisa ditaklukkan dengan menggerakkan birokrasi. Ini bangsa yang terlalu besar, ini bukan level Pilkades atau Pilkada kabupaten kota yang bisa dikontrol dengan kekuasaan atau kewenangan tertentu. Ini masyarakat dari Sabang sampai Merauke. Ini sudah melebihi big data ini. Big data yang sangat obyektif ini. Jadi apa yang akan dipilih oleh masyarakat sudah pasti itu pilihan yang benar,” katanya.
Jika pun ada intimidasi–intimidasi, lanjutnya, maka pasti akan terbongkar.
“Kalau ada intimidasi–intimidasi pasti terbuka ke publik. kan tidak mungkin 1–2 orang yang diintimidasi, kemudian menang. Kan perlu 100 juta orang yang diintimidasi supaya bisa menang kalau mau kayak gitu dan itu pasti akan ke buka ke publik. Tidak mungkin bisa ditutup–tutupi,” ucapnya.
Untuk informasi selengkapnya bisa dilihat di sini.
Penulis: Bela
Editor: Hendro