Bagaimana mengurangi kandungan logam beracun pada bayam dan padi?

Aulanews.id – Nasi dan bayam merupakan makanan pokok bayi dan anak kecil, tetapi logam beracun dan metaloid yang ditemukan dalam makanan tersebut dapat menyebabkan dampak kesehatan yang serius.

Secara khusus, logam berat seperti kadmium , timbal, merkuri, dan arsenik metaloid dapat menunda perkembangan otak pada bayi dan anak kecil.

Dalam penelitian baru yang dipublikasikan dalam jurnal akademis Environmental Geochemistry and Health , para ilmuwan dari University of Delaware menemukan bahwa sawah yang tergenang air cenderung mengandung arsenik dalam jumlah yang lebih tinggi dan kadmium dalam jumlah yang lebih rendah. Semakin kering sawah tersebut, semakin rendah jumlah arseniknya dan semakin tinggi jumlah kadmiumnya. Akan tetapi, semakin tinggi kadar kadmiumnya, semakin rendah ambang batas yang berlaku untuk dampak buruk terhadap kesehatan.

Temuan ini dapat membantu menetapkan tindakan untuk mengurangi kadar kontaminan ini dalam makanan yang biasanya dikonsumsi bayi dan anak-anak. Awal tahun ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS mengeluarkan rancangan panduan untuk jumlah timbal yang diizinkan dalam makanan bayi. Badan ini akan segera menetapkan peraturan baru untuk ambang batas arsenik, kadmium, dan merkuri yang dapat diizinkan dalam makanan bayi sebagai bagian dari Rencana Aksi Mendekati Nol.

Tanaman seperti jagung, kedelai, dan gandum ditanam di tanah yang tidak terlalu basah. Jadi, petani menyiraminya untuk memastikan tanaman mendapat nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh, tetapi tidak cukup untuk membanjirinya sepenuhnya.

Sebaliknya, padi sering kali ditanam di tanah yang sangat basah dan tergenang. Oksigen yang biasanya berada di pori-pori kecil di tanah akan hilang dengan sangat cepat dan digantikan oleh air. Oksigen yang terbatas menggeser mikroorganisme di dalam tanah, dan mikroorganisme tersebut mulai bernapas dengan mineral oksida besi yang membuat tanah berwarna jingga karat.

“Arsenik sangat melekat erat pada oksida besi tersebut ,” kata Angelia Seyfferth, seorang ahli biogeokimia tanah UD dan profesor di Departemen Ilmu Tanaman dan Tanah, serta salah satu penulis penelitian tersebut. “Ketika oksida besi digunakan oleh organisme ini untuk bernapas, mereka berubah dari mineral padat menjadi fase larutan. Anda pada dasarnya melarutkannya, dan ketika Anda melarutkannya, arsenik yang menempel padanya masuk ke dalam air.”  dilansir dari phys.org pada hari Selasa (3/9/2024).

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist