Aulanews.id – Miroslav Jenča, Asisten Sekretaris Jenderal PBB untuk Eropa di Departemen Urusan Politik dan Pembangunan Perdamaian (DPPA), memperingatkan bahwa pertempuran tersebut berisiko “semakin mengurangi prospek solusi yang adil dan abadi”.
“Peringatan invasi Ukraina tidak hanya menjadi kesempatan untuk menceritakan kembali kengerian yang terjadi selama dua tahun terakhir, namun juga merupakan pengingat bahwa konflik bersenjata di Ukraina tidak dimulai pada tanggal 24 Februari 2022, namun telah berlangsung di bagian timur negara tersebut sejak tahun 2014. ,” katanya, memberi pengarahan kepada duta besar di Dewan Keamanan.
Tuan Jenča memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan.“Perserikatan Bangsa-Bangsa telah, dan akan tetap, berkomitmen penuh terhadap kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah Ukraina,” tambahnya.
Jenča mencatat bahwa meskipun PBB secara formal tidak menjadi bagian dari mekanisme apa pun yang terkait dengan proses perdamaian di Ukraina, selama bertahun-tahun PBB telah menyatakan “dukungan penuh” terhadap semua upaya diplomatik untuk menyelesaikan konflik tersebut, sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan yang relevan.
Mengatasi akar permasalahanIa juga menggarisbawahi perlunya proses perdamaian untuk mengatasi akar penyebab konflik.
“Yang kami tahu adalah perjanjian perdamaian saja tidak akan mengakhiri kekerasan. Proses perdamaian harus mengatasi akar penyebab konflik dan melibatkan partisipasi perempuan dan pemuda secara penuh dan setara, serta melibatkan suara masyarakat sipil,” katanya.
“Apa yang kita perlukan bagi Ukraina, bagi kawasan dan dunia, adalah perdamaian yang adil, abadi dan komprehensif, sejalan dengan Piagam PBB, hukum internasional, dan resolusi Majelis Umum,” tambahnya.
Situasi kemanusiaanSementara itu, di Ukraina, permusuhan terus berlanjut sepanjang akhir pekan hingga Senin, menurut laporan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).
Pada tanggal 10 Februari, pemogokan malam hari di kota Kharkiv di timur menyebabkan kebakaran besar di sebuah depot minyak. Api menyebar ke rumah-rumah di dekatnya dan pihak berwenang setempat melaporkan lebih dari 50 korban jiwa. Kebakaran juga berdampak pada pasokan listrik di kawasan tersebut.
“Mitra kemanusiaan memobilisasi dan mendistribusikan makanan hangat dan bahan-bahan untuk perbaikan darurat. Mereka juga memberikan dukungan kesehatan mental dan psikososial di lokasi serangan,” kata Juru Bicara PBB Stéphane Dujarric kepada koresponden pada pengarahan rutin di Markas Besar PBB di New York.