Antisipasi Sumenep Persemaian Radikalisme, FKPT Jatim Ajak Gembira Beragama

“Dengan pulau-pulau yang terpencar luas, memungkinkan paham radikalisme muncul di wilayah kami. Tapi, kami berupaya mengajak para ulama dan kiai untuk tetap menjaga keharmonisan dan toleran terhadap setiap perbedaan, termasuk perbedaan dalam beragama,” tutur Achmad Fauzi.

Literasi Beragama dan Toleransi

Prof Andi Faisal Bakti, menekankan pentingnya kesadaran akan literasi beragama yang moderat dan menekankan sikap toleran.

“Pemahaman yang keliru atau literal, anti-intelektualisme, anti-teologi interpretatif, serta
pemahaman yang tidak utuh terhadap doktrin tertentu dalam agama, satu di antara faktor internal radikalisme agama,” tuturnya.

Menurutnya, faktor lainnya adalah paham eskatologis seperti konsep akhir zaman yang penuh dengan bencana, peperangan, dan kehancuran sebagai justifikasi membenarkan aksi kekerasan dan intoleransi.

Baca Juga:  Merayakan HUT Indonesia dengan cerdas cermat

Juga, sikap sektarianisme atau fanatisme berlebihan terhadap aliran/faham tertentu dalam agama. Bahkan, konflik kepemimpinan agama (Kontekstasi kepemimpinan dan pengaruh baik dalam umat beragama maupun politik) bisa memberi pengaruh pada bahaya tersebut.

Radikalisme terdapat dalam hampir semua agama, baik agama Samawi (Yahudi, Kristen, Islam), maupun agama Ardhi (Hindu, Budha, Konghucu, Shinto).

“Radikalisme terkait agama memiliki sejarah panjang di berbagai bagian dunia dan persoalan kompleks dan multidimensi. Radikalisme berbasis agama menjadi ancaman serius bagi keamanan nasional, stabilitas negara, nilai-nilai kemanusiaan, dunia dan akhirat.

“Kompleksitas radikalisme agama meningkat di masa modern dan kontemporer, globalisasi, ditambah dengan faktor non-religio-ritualistiko, spritualitas (yaitu: ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dst).

Baca Juga:  Aremania Mengadu ke DPR Keluhkan Dukungan Pemerintah

“Oleh karena itu, memahami isu-isu radikalisme berbasis agama-spiritualitas dan mengembangkan strategi pencegahan menjadi sebuah kebutuhan penting,” tutur Prof Andi Faisal Bakti.

Kegiatan ini berlangsung cukup marak dan mendapat sambutan dari peserta, yang terdiri dari para tokoh masyarakat, tokoh agama dan aktivis organisasi kegamaan di Sumenep. Seperti NU, Muhammadiyah, Muslimat NU, Aisyiyah, IPNU-IPPNU, IRM, dll.

Pada pengujung kegiatan, diadakan lomba podcast yang melibatkan para peserta dalam memahami sikap toleransi, dan kecenderungan munculnya bahaya intoleransi, radikalisme dan terorisme. (*)

Berita Terkait

Memperkuat Keterbukaan Informasi, KI dan Baznas Jatim Jalin Kolaborasi

Memperkuat Keterbukaan Informasi, KI dan Baznas Jatim Jalin Kolaborasi

Terkini

Siaran Langsung

Sosial

Scroll to Top