Alasan Banjir Libya Sebabkan Kerusakan Dahsyat

Kerusakan di Kota Derna, Libia, akibat banjir bandang.(Foto: Detik.com)
Kerusakan di Kota Derna, Libia, akibat banjir bandang.(Foto: Detik.com)

Diperkirakan air banjir setinggi 20cm yang bergerak cepat cukup untuk menjatuhkan seseorang dan air banjir setinggi 60cm cukup untuk membuat mobil terapung. Karena itu, tidak mengherankan seluruh bangunan ambruk akibat banjir.

Para ahli mengatakan masih terlalu dini untuk mengetahui apakah curah hujan ekstrem melampaui kemampuan kedua bendungan untuk menahan air, atau apakah kondisi bangunan juga berperan.

Berdasarkan pengamatan mereka, kemungkinan besar bendungan tersebut terbuat dari tanah atau bebatuan yang ditimbun dan dipadatkan, sehingga tidak sekuat beton.

“Bendungan ini rentan terhadap luapan [ketika air melebihi kapasitas bendungan]. Meskipun bendungan beton dapat bertahan dari luapan air, bendungan timbunan batu biasanya tidak dapat bertahan,” kata Prof Dragan Savic dari Universitas Exeter, pakar teknik hidrolik di Inggris.

Diperkirakan bendungan bagian atas adalah yang pertama kali rusak, menurut insinyur struktur Andrew Barr.

Menurutnya, air kemungkinan mengalir ke lembah sungai berbatu menuju bendungan yang lebih rendah dan membuat bendungan itu kewalahan. Alhasil, banjir bandang secara tiba-tiba menghantam Kota Derna yang terjebak di antara gunung dan laut.

Sebuah makalah penelitian yang diterbitkan tahun lalu tentang hidrologi Cekungan Wadi Derna menyoroti bahwa daerah tersebut “memiliki potensi risiko banjir yang tinggi”, berdasarkan kemungkinan bahwa dulu banjir pernah sangat besar dan bahwa bendungan tersebut “memerlukan pemeliharaan berkala”.

Laporan tersebut, yang ditulis oleh pakar teknik sipil Abdelwanees AR Ashoor dari Universitas Omar Al-Mukhtar di Libia, mengatakan bahwa “situasi saat ini di Cekungan Lembah Derna mengharuskan para pejabat untuk mengambil tindakan segera, melakukan pemeliharaan rutin terhadap bendungan yang ada, karena jika terjadi banjir besar, akan menjadi bencana bagi penduduk lembah dan kota”.

Beberapa ahli telah menyoroti kemungkinan peran ketidakstabilan politik di Libia dalam pemeliharaan bendungan.

Ketika upaya penyelamatan di kota tersebut terus berlanjut, jurnalis Libia Johr Ali, yang berbicara dengan para penyintas di kota tersebut, mengatakan kepada BBC: “Orang-orang mendengar tangisan bayi di bawah tanah, mereka tidak tahu bagaimana cara mencapainya.

“Orang-orang menggunakan sekop untuk mengambil jenazah dari bawah tanah, mereka menggunakan tangan mereka sendiri. Mereka semua bilang ini seperti hari kiamat.” (Mg01)

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist