Mengapa sama penting? Kita tahu, al-Ghazali mengkritik orang-orang pada zamannya yang hanya mengutamakan belajar ilmu agama karena, sebagaian dari mereka menganggap ada sejumlah ilmu agama sebagai ilmu akhirat, ilmu yang akan mengantar pemiliknya kepada akhirat yang baik. Padahal, tidak demikian. Ada juga ilmu pengetahuan non-agama yang bisa mengantar pemiliknya menuju akhirat dengan niat yang benar.
Misalnya, ilmu kalam atau ilmu teologi. Menurut al-Ghazali, jika ilmu kalam dipelajari atas tujuan untuk mendapat ridha Sang Khalik, maka akan baik adanya. Seperti dipelajari untuk membela dan menjaga akidah Islam, terlebih digunakan untuk menangkal pertanyaan-pertanyaan yang merendahkan akidah Islam.
Demikian juga dengan ilmu fiqih. Di mana para ulama fiqih (fuqaha) membantu sultan atau penguasa untuk mengatur hukum, dan mengelola masyarakat agar tertib. Namun, jika digunakan untuk debat (menang-menangan), maka keluar dari tupoksinya dan tujuan asalnya karena akan menguntungkan pribadinya atau kelompok-kelompok saja.
Al-Ghazali mengatakan, para fuqaha teladan memiliki lima ciri pembeda dari fuqaha akhir zaman: mereka yang ahli ibadah, mereka orang yang ahli zuhud (tidak melekat hatinya pada dunia), mereka tahu mengenai ilmu-ilmu akhirat agar wushul kepada Allah SWT, mereka mengerti kemaslahatan-maslahatan masyarakat di dunia, dan terakhir mereka meniatkan belajar ilmu fiqih untuk mencari ridha Allah SWT bukan mencari popularitas di mata manusia.
Lima ciri itu bukan hanya penting untuk dipegang para pelajar ilmu fiqih atau ilmu agama saja, tapi juga untuk segala ilmu. Dengan tegas al-Ghazali mengatakan, “Janganlah mencari ilmu atau menggunakan ilmu hanya untuk popularitas atau kekuasaan pribadi di dunia. Lebih-lebih untuk mengabdi kepada penguasa atau membenarkan penguasa semata. Prioritaskan mencari ilmu dan menggunakan ilmu untuk mencari ridha Allah SWT.”
Dengan demikian, ilmu apapun yang dipelajari dan diterapkan dengan mengingat untuk mencari ridha Allah SWT dan mempertimbangkan kemashalatan bagi masyarakat, maka ilmu tersebut akan membawa kita wushul kepada Allah SWT.
Ilmu-ilmu terapan sekalipun, seperti ilmu bangunan, ilmu ekonomi, ilmu pertanian, jika digunakan dengan kesadaran berdasarkan lima ciri fuqaha tersebut, akan berubah menjadi ilmu yang bernilai spiritual. Ini adalah kualitas manusia rohani, yang secara otentik mampu melihat sifat rohaniah dan dimensi rohani dari segala hal di dunia ini. Tentu saja bukan hanya untuk umat Islam saja, tapi juga untuk seluruh mahluk Tuhan. Dengan tujuan, mendapatkan kebenaran dan manfaat yang melampaui batas-batas penggolongan.