AulaNews.id – 20 Maret (Reuters) – Air New Zealand (AIR.NZ) pada hari Rabu mengundang perusahaan rintisan (startup) di sektor bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) untuk menjadi mitra pasokannya, karena maskapai penerbangan tersebut bertujuan untuk melakukan dekarbonisasi dan memenuhi target emisi karbon nol bersih.
Dilansir dari berita REUTERS yang diterbitkan pada 20 Maret 2024, maskapai unggulan tersebut mengatakan pihaknya ingin menandatangani perjanjian offtake jangka pendek, menengah, dan panjang untuk memitigasi risiko dan memberikan kepastian permintaan bagi produsen SAF.
“Dengan menjajaki beragam opsi kemitraan dengan produsen SAF, Air New Zealand tidak hanya akan membuka jalan bagi transisi yang mulus menuju target emisi karbon nol bersih, namun yang lebih penting, memberikan contoh yang baik dalam mempercepat perjalanan dekarbonisasi global,” kata Hebe Chen, analis pasar, IG Markets.
Maskapai ini mengantisipasi bahwa SAF akan memerlukan sekitar 20% dari total penggunaan bahan bakarnya pada tahun 2030. Maskapai ini memiliki target untuk mengurangi intensitas karbon sebesar 28,9% pada tahun 2030, dan mencapai emisi karbon nol bersih pada tahun 2050.
Penerbangan menghasilkan sekitar 2% emisi dunia dan dianggap sebagai salah satu sektor yang paling sulit didekarbonisasi, bahkan ketika regulator global berupaya meningkatkan penggunaan bahan bakar berkelanjutan.
Jalan bagi maskapai penerbangan global untuk beralih ke bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) merupakan perjalanan yang panjang dan lambat, dan seruan dari Air New Zealand merupakan tanda yang menggembirakan bahwa proses tersebut akan berjalan lebih cepat, kata Chen dari IG Market.
Tidak ada mandat SAF yang ditetapkan di Selandia Baru, hingga Februari 2024. Perusahaan ini memiliki rencana bersama pemerintah untuk berinvestasi lebih dari NZ$2 juta ($1,21 juta atau Rp19 miliar) dalam studi SAF.
Saham perusahaan datar di NZ$0,6, pada 23.54 GMT, setelah jatuh sebanyak 1,7% di awal perdagangan.