Aulanews.id – Banyak pertimbangan yang akhirnya menjadikan Bali sebagai tuan rumah kegiatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yakni Forum Religion of Twenty (R20). Kegiatan ini bekerja sama dengan Liga Muslim Dunia (MWL) dan digelar pada 2-3 November.
Wakil Ketua Pelaksana Forum R20, Safira Machrusah menjelaskan alasan Bali dipilih sebagai destinasi penyelenggaraan pertemuan tersebut. Menurutnya, Bali memenuhi kriteria yang representatif untuk mengemukakan gagasan dalam R20.
“Kami melihat harmoni yang terjadi di Bali ini sangat signifikan untuk menyemaikan ide gagasan agama sebagai solusi,” kata Safira dalam tayangan “Buka-bukaan Tokoh Agama Dunia yang Diundang, Termasuk Tokoh Kontroversial, Podcast NU Jelang R20”, Senin (31/10/2022).
Safira melanjutkan, Bali merupakan salah satu provinsi yang menjadi replika nyata Indonesia dalam menjaga dan memelihara kerukunan umat beragama. “Bisa dibayangkan, Bali ini kan provinsi yang kecil. Mayoritas masyarakatnya beragama Hindu dan ia dikelilingi provinsi dengan mayoritas masyarakat Islam. Tapi relatif tidak ada konflik agama di situ,” kata Duta Besar Indonesia untuk Al Jazair itu.
Forum R20 akan mempertemukan para pemimpin agama dan sekte-sekte dunia dengan peserta utama dari negara-negara anggota G20 dan negara nonanggota presidensi G20. Total negara negara yang terkonfirmasi hadir pada perhelatan R20 sebanyak 32 negara dengan jumlah peserta mencapai 464 partisipan. Forum tersebut akan menghadirkan 40 pembicara dari lima benua.
Adapun topik yang akan dikaji pada forum R20 meliputi Historical Grievances (Kepedihan Sejarah), Pengungkapan Kebenaran, Rekonsiliasi, dan Pengampunan; Mengidentifikasi dan Merangkul Nilai-Nilai Mulia yang Bersumber dari Agama dan Peradaban Besar Dunia; Rekontekstualisasi Ajaran Agama yang Usang dan Bermasalah; Mengidentifikasi Nilai-Nilai yang Dibutuhkan untuk Mengembangkan dan Menjamin Koeksistensi Damai; dan Ekologi Spiritual.
Seperti diketahui, Forum R20 akan diselenggarakan secara tersinambung menyesuaikan dengan urutan presidensi G20, yakni di India pada 2023, di Brazil pada 2024, dan di Afrika Selatan pada 2025. Kesempatan ini tentu sangat berharga sebagai sumbangsih Indonesia dalam upaya menebar kedamaian di muka bumi. (Ful)