Aulanews.id – Berbicara di depan Dewan Keamanan pada hari Senin, Edem Wosornu, Direktur Divisi Advokasi dan Operasi di kantor koordinasi bantuan PBB (OCHA) menggambarkan bencana yang sedang terjadi sebagai “krisis kemanusiaan dengan proporsi yang sangat mencengangkan.”
Bencana “buatan manusia” ini, yang didorong oleh konflik yang tiada henti, telah menghancurkan sistem pangan dan infrastruktur penting, menyebabkan jutaan orang berada dalam bahaya, jelasnya.
Bukti kelaparan meningkat “Kondisi kelaparan kini terjadi di lima wilayah,” kata Ibu Wosornu, menyoroti kamp Zamzam, Al Salam, dan Abu Shouk untuk para pengungsi internal, serta Pegunungan Nuba bagian barat.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) melaporkan bahwa konflik dan pengungsian adalah penyebab utama kerawanan pangan, “diperburuk oleh terbatasnya akses kemanusiaan,” menurut Wakil Direktur Jenderal Beth Bechdol.
Analisis Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) terbaru menggarisbawahi dampak yang tidak proporsional terhadap kelompok rentan, khususnya perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia.
Produksi pangan yang terganggu dan kondisi pasar yang ambruk telah memperburuk krisis ini.
Komite IPC memperkirakan kelaparan dapat menyebar ke lima wilayah lainnya, termasuk Um Kadadah dan El Fasher, pada pertengahan tahun 2025. dengan 17 wilayah lainnya berisiko tinggi tanpa intervensi segera.
Ibu Bechdol mengingatkan Dewan akan dampak buruk dari krisis-krisis tersebut: “Seperti yang telah kita pelajari dari krisis-krisis ekstrem ini, puluhan ribu kematian telah terjadi sebelum kelaparan diklasifikasikan.”
Penilaian terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 16 persen rumah tangga di zona yang terkena dampak saat ini mengalami kerawanan pangan yang sangat parah.
Tantangan penyaluran bantuan Meskipun upaya terus dilakukan, hambatan logistik menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan.
“Pada tanggal 25 Desember, konvoi 28 truk tiba di Khartoum dari Port Sudan dengan membawa makanan, pasokan nutrisi dan bantuan lainnya,” yang menandai sebuah langkah maju, jelas Ibu Wosornu. Namun, tantangan masih tetap ada.
“Daerah-daerah penting di Kordofan Selatan secara efektif terputus dari bantuan eksternal,” sementara “visa untuk personel kemanusiaan tidak diberikan dalam waktu yang cukup cepat,” katanya.
Protokol pemeriksaan baru di penyeberangan Adre, yang penting untuk operasi di Darfur, juga semakin menunda pengiriman bantuan.
Hampir 90 persen rumah tangga yang mengungsi saat ini tidak mampu membeli makanan.