‘Mati karena kelaparan dan kesakitan’: Kemungkinan besar akan terjadi di Gaza

Aulanews.id – Berbicara kepada koresponden melalui tautan video pada hari Kamis, pejabat senior OCHA menggarisbawahi kenyataan suram yang dihadapi lebih dari dua juta orang terjebak di Gazadi mana kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan keamanan menjadi langka.

“Mati dalam keadaan lapar dan kesakitan” semakin mungkin terjadi pada anak-anak, ibu, pekerja bantuan, dan guru, katanya.

“Kami ada di sana untuk mendukung (rakyat) yang selama lebih dari 14 bulan berjuang untuk tetap hidup,” jelas Petropoulos. “Tapi kami tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan kami”dia menekankan.

Operasi kemanusiaan dikepungOCHA telah berupaya menyediakan makanan, layanan kesehatan, dan air minum yang aman bagi penduduk Gaza yang terkepung, namun kekurangan bahan bakar dan terhambatnya jalur akses telah memperburuk krisis ini.

Ketika kami menyampaikan permasalahan ini kepada pihak berwenang Israel, mereka menolak setiap solusi praktis yang kami ajukan

Selain itu, upaya ini ditentang oleh apa yang disebut oleh Petropoulos sebagai “larangan menyeluruh” dari otoritas Israel.

Ketika kami menyampaikan permasalahan ini kepada pihak berwenang Israel, mereka menolak setiap solusi praktis yang kami ajukan,” kata Petropoulos, seraya menambahkan bahwa “sistem bantuan telah dipersenjatai.”

Ia lebih lanjut mengungkapkan bahwa penyaluran bantuan sering kali berpacu dengan waktu, karena persediaan bantuan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat.

Sebagai pekerja bantuan di Gaza, Anda terpaksa membuat keputusan yang buruk”dia menjelaskan. “Haruskah saya membiarkan orang mati kelaparan atau kedinginan? Apakah kita membawa lebih banyak makanan untuk mengurangi rasa lapar atau lebih banyak lembaran plastik untuk berlindung dari hujan di malam hari?”, ilustrasinya.

Gaza Utara: Pengungsian dan kehancuran massalGaza Utara, di bawah pengepungan total selama 75 hari, telah menjadi tempat operasi militer yang intensif.

Petropoulos menggambarkan laporan mengerikan mengenai korban massal, kehancuran seluruh komunitas, dan pemindahan paksa akibat pemboman.

“Koridor Israel yang membagi dua jalur tersebut, telah dibentengi sedemikian rupa sehingga tidak lagi menjadi sebuah koridor,” katanya, seraya mencatat bahwa 150 permintaan akses kemanusiaan telah ditolak sejak Oktober.

Bahkan ketika pasokan berhasil mencapai tempat penampungan atau rumah sakit, pasokan tersebut sering kali hancur dalam serangan berikutnya.

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist