Aulanews.id – Ketika penduduk kota Glucholazy di Polandia berjuang untuk menyelamatkan apa yang bisa mereka selamatkan dari rumah mereka yang dilanda banjir pada hari Rabu, mereka memuji teman, keluarga dan petugas penyelamat atas bantuan mereka, tetapi bertanya-tanya apakah pihak berwenang dapat berbuat lebih banyak.
Glucholazy adalah salah satu dari banyak kota di Eropa Tengah yang dilanda banjir terburuk dalam setidaknya dua dekade. Kota ini ditinggalkan dengan harta benda penduduk yang berserakan di sepanjang jalan di antara tumpukan lumpur dan puing-puing lainnya.
Maria Ciesla memandangi sisa-sisa rumahnya yang hancur dan merenungkan apa yang telah hilang darinya. “Saya punya cucu mainan yang tidak bisa diselamatkan,” katanya kepada Reuters, suaranya terputus karena emosi. Dilansir dari reuters pada hari kamis (19/9/2024)
“Entahlah, hal-hal kecil terkadang lebih penting daripada hal-hal besar.” Namun, di tengah kehancuran itu, dia berbicara hangat tentang bantuan yang diterimanya di masyarakat setempat.
“Saya melihat ada harapan,” katanya. “Mereka menyediakan makan malam di sini mereka menyediakan air.”
Sementara yang lain menyampaikan nada yang lebih kritis. Bronislaw Lesnik, seorang pensiunan berusia 75 tahun, mengatakan bahwa ia mengalami kesulitan mendapatkan bantuan dari penyedia asuransi dan dewan lokal.
“Saya minta (wali kota) tolong berikan saya satu alat penggali, karena di sini pasirnya kurang lebih 300 ton, kalau tidak lebih… Kami masih hidup, tapi belum ada bantuan dari pemerintah kota,” katanya.
Kementerian Pertahanan Polandia mengatakan lebih dari 14.000 tentara telah dikerahkan ke wilayah yang dilanda banjir, beserta ribuan polisi dan peralatan. Layanan penjara memperlihatkan foto-foto narapidana yang membantu memperkuat tembok penahan banjir.
