Aulanews.id – Radio genggam yang digunakan oleh kelompok bersenjata Hizbullah meledak pada hari Rabu di selatan Lebanon dalam hari paling mematikan di negara itu sejak pertempuran lintas perbatasan meletus antara militan dan Israel hampir setahun yang lalu, memicu ketegangan setelah ledakan serupa terhadap pager kelompok itu sehari sebelumnya.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan 20 orang tewas dan lebih dari 450 orang terluka pada hari Rabu di pinggiran kota Beirut dan Lembah Bekaa, sementara jumlah korban tewas akibat ledakan hari Selasa meningkat menjadi 12 orang, termasuk dua anak-anak, dengan hampir 3.000 orang terluka.
Pejabat Israel belum mengomentari ledakan tersebut, tetapi sumber keamanan mengatakan badan mata-mata Israel, Mossad, bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Seorang pejabat Hizbullah mengatakan bahwa peristiwa itu merupakan pelanggaran keamanan terbesar dalam sejarah kelompok tersebut. Operasi tersebut, yang tampaknya membuat Hizbullah kacau balau , terjadi bersamaan dengan perang Israel yang telah berlangsung selama 11 bulan di Gaza dan meningkatkan ketakutan akan eskalasi di perbatasan Lebanon dan risiko perang regional besar-besaran.
“Kami tengah membuka babak baru dalam perang. Ini membutuhkan keberanian, tekad, dan ketekunan dari kami,” kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dalam sambutannya di pangkalan angkatan udara. Dilansir dari Reuters pada hari Kamis (19/9/2024).
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi menuduh Israel mendorong Timur Tengah ke ambang perang regional dengan mengatur eskalasi berbahaya di banyak bidang.
AS, yang membantah terlibat dalam ledakan itu, mengatakan pihaknya tengah mengupayakan diplomasi intensif untuk mencegah eskalasi konflik. Seorang pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan Israel memberi tahu Washington pada hari Selasa bahwa mereka akan melakukan sesuatu di Lebanon. Namun Israel tidak memberikan rincian dan operasi itu sendiri merupakan kejutan bagi Washington, kata pejabat itu.