Aulanews.id – Penembakan terhadap seorang pengunjuk rasa Turki-Amerika berusia 26 tahun di Tepi Barat yang diduduki telah memicu tuntutan baru agar Amerika Serikat meminta pertanggungjawaban dari angkatan bersenjata Israel.
Namun, para aktivis mengatakan bahwa keadilan bagi warga negara AS yang dibunuh oleh tentara Israel sudah lama sulit tercapai. Banyak yang menuduh pemerintahan Presiden Joe Biden menerapkan standar ganda terhadap Israel dan militernya.
Penembakan yang terjadi pada hari Jumat menyebabkan kematian Aysenur Ezgi Eygi, seorang warga negara AS dan Turki yang berusia 26 tahun. Dia sedang berpartisipasi dalam demonstrasi menentang pemukiman ilegal Israel di Gunung Sbeih di Beita, sebuah kota di selatan Nablus.
Selama protes tersebut, saksi mata mengatakan bahwa seorang tentara Israel menembak kepala Ezgi Eygi, dan dia terjatuh di kebun zaitun. Dia kemudian meninggal karena luka-lukanya di Rumah Sakit Rafidia di Nablus.
Anggota Kongres Amerika keturunan Palestina, Rashida Tlaib, merupakan salah satu pejabat AS pertama yang menanggapi pembunuhan tersebut. Dia meminta Menteri Luar Negeri Antony Blinken untuk “melakukan sesuatu untuk menyelamatkan nyawa”. Dilansir dari aljazeera.com pada hari sabtu (7/9/2024)
Blinken sendiri ditanyai tentang pembunuhan itu pada konferensi pers yang diadakan kemudian. Seorang jurnalis mendesaknya mengenai bantuan militer yang terus diberikan AS kepada Israel.
“Saya ingin menyampaikan belasungkawa yang mendalam, atas nama pemerintah Amerika Serikat, kepada keluarga Aysenur Ezgi Eygi,” kata Blinken. “Kami sangat menyesali kehilangan yang tragis ini.”