Aulanews.id – Pada akhir Juli, Hizbullah melancarkan serangan balasan terhadap Israel dengan meluncurkan lebih dari 320 roket Katyusha sebagai respons atas terbunuhnya Fuad Shukr, salah satu komandan mereka. Serangan ini ditujukan ke 11 pangkalan dan barak militer Israel, termasuk pangkalan Meron dan beberapa lokasi di Dataran Tinggi Golan.
Langkah Hizbullah ini adalah respons yang sudah lama dinantikan setelah kematian komandan senior mereka yang diduga menjadi target serangan Israel. dilansir dari al jazeerah (25/08/2024)
Serangan roket Hizbullah terjadi bersamaan dengan serangkaian serangan udara besar-besaran yang dilancarkan Israel di Lebanon selatan pada Minggu pagi. Israel menggambarkan serangan tersebut sebagai “serangan pendahuluan,” yang dilakukan setelah mendeteksi persiapan Hizbullah untuk menyerang wilayah utara Israel. Sejak saat itu, daerah perbatasan antara Lebanon dan Israel telah menjadi zona militer dan telah dievakuasi dari penduduk.
“Sebagian besar serangan Israel terhadap Lebanon terjadi di wilayah perbatasan, hingga kedalaman 5 km [3 mil] di sepanjang perbatasan sepanjang 120 km [74 mil],” kata Zeina Khodr dari Al Jazeera, melaporkan dari kota Marjayoun di Lebanon.
“Wilayah perbatasan sekarang menjadi zona militer. Daerah itu telah dievakuasi … Daerah itu telah berulang kali diserang oleh tentara Israel dalam beberapa bulan terakhir.”
Di tengah ketegangan ini, kantor berita NNA Lebanon melaporkan bahwa serangan pesawat tak berawak Israel di Qasimia melukai satu orang parah, dan serangan udara berikutnya di kota Khiam menyebabkan satu korban jiwa. Peristiwa ini menandai peningkatan tajam dalam konflik antara Hizbullah dan Israel, yang sebelumnya telah bertukar serangan selama beberapa bulan terakhir sejak perang di Gaza dimulai pada bulan Oktober.