Aulanews.id – Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada hari Kamis mengumumkan bahwa dia berencana mengunjungi Jalur Gaza meskipun serangan Israel yang telah menewaskan lebih dari 40.000 orang masih berlangsung. Pengumuman ini disampaikan Abbas di tengah perang sengit di Gaza, sebuah langkah yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Di hadapan Parlemen Turkiye di Ankara, Abbas menyatakan “Saya umumkan di hadapan Anda sekalian dan dunia bahwa saya memutuskan untuk pergi ke Jalur Gaza bersama semua pemimpin Palestina,” kata Abbas di Parlemen Turkiye di ibu kota Ankara selama pertemuan luar biasa yang bertujuan untuk menyuarakan perjuangan kemerdekaan Palestina.
Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan dan ratusan anggota parlemen serta pejabat tinggi lainnya. dilansir dari anadolu (16/08/2024).
Abbas mendesak para pemimpin negara Arab, Islam, dan sahabat serta Sekretaris Jenderal PBB untuk turut serta dalam kunjungan tersebut dalam membantu menghentikan serangan Israel di Gaza. Ia juga meminta Dewan Keamanan PBB untuk menjamin akses ke daerah yang terkepung.
“Tujuan kami berikutnya adalah kota suci Yerusalem, ibu kota abadi kami,” tegas dia.
Abbas juga mengkritik Amerika Serikat yang telah menggunakan hak vetonya tiga kali di Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan penghentian perang.
Abbas menekankan bahwa Gaza, Yerusalem Timur, dan Tepi Barat adalah satu kesatuan yang membentuk negara Palestina merdeka berdasarkan legitimasi internasional. Ia menyerukan semua pihak untuk bersatu membantu membebaskan lebih dari 10.000 tahanan Palestina di penjara Israel.
Presiden palestina menegaskan bahwa rakyat palestina akan “membangun kembali Gaza dan menyembuhkan luka-luka kami dengan dukungan negara-negara Arab dan Islam, di bawah negara Palestina merdeka yang mana Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.”
“Tidak akan ada negara Palestina tanpa Gaza,” tegas Abbas.
“Bagi mereka yang berbicara tentang skenario pascaperang Gaza, kami katakan, Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem adalah satu kesatuan yang membentuk negara Palestina,” tekan dia.
Israel masih melanjutkan serangan militer di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, meskipun Dewan Keamanan PBB telah menyerukan gencatan senjata. Serangan ini telah menewaskan lebih dari 40.000 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 92.400 orang lainnya. Sebagian besar wilayah Gaza masih hancur akibat blokade yang membatasi akses makanan, air bersih, dan obat-obatan.