Aulanews.id – Upaya negara-negara Asia Tenggara untuk mencapai kesepakatan dengan China mengenai sebuah kode perilaku di Laut China Selatan yang diperebutkan akan memerlukan waktu, dengan isu-isu sulit yang masih harus diselesaikan meskipun ada upaya terbaru untuk mempercepat proses tersebut, demikian dikatakan Perdana Menteri Singapura pada Selasa di sebuah pertemuan regional.
Dilansir dari Apnews.com, ketegasan militer China yang semakin meningkat di jalur perairan sibuk tersebut terhadap tetangga-tetangga dengan klaim wilayah yang bersaing telah menjadi perhatian utama dalam agenda pertemuan KTT ASEAN. Pertemuan tiga hari ini, yang diadakan di Melbourne untuk memperingati 50 tahun sejak Australia menjadi mitra eksternal pertama ASEAN, akan berakhir pada hari Rabu.
Para pemimpin dari blok 10 negara berharap sebuah kode perilaku dengan China akan menjadi kunci untuk mengurangi risiko konfrontasi di laut.
Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, mengatakan bahwa draf pertama dari kode tersebut telah ditulis tetapi masih memerlukan negosiasi.
“Isu-isunya tidak mudah untuk diselesaikan dan, sebenarnya, negosiasi sebuah kode perilaku secara tak terhindarkan akan menimbulkan isu-isu mengenai apa yang akan menjadi hasil akhirnya, dan karena jawaban-jawaban akhirnya sulit, begitu pula negosiasi kode akan memakan waktu yang cukup lama,” kata Lee kepada wartawan.
Dalam insiden berbahaya terbaru, kapal-kapal penjaga pantai China menghalangi kapal-kapal Filipina di sebuah kubah laut yang diperebutkan di Laut China Selatan pada hari Selasa, menyebabkan tabrakan kecil, kata penjaga pantai Filipina.