Aulanews.id – Gerard McCourt, seorang nelayan belut generasi ketujuh yang menjelajahi perairan Lough Neagh, berdiri di tepi dermaga dengan langit mendung di belakangnya. Bagi McCourt, tahun ini adalah tahun yang penuh harapan dan kegelisahan. Dia merasa seperti sedang berlari dengan semangat yang hampir habis.
Dilansir dari berita aljazeera news yang di terbitkan pada tanggal 18 Februari 2024, dengan mengenakan hoodie abu-abu yang berbau diesel, McCourt berbicara tentang tahun ini dengan nada campuran antara putus asa dan kegelisahan. Bagi keluarga McCourt, menangkap belut di Lough Neagh telah menjadi warisan selama enam generasi. Namun, masa depan mereka bergantung pada hasil tangkapan tahun ini.
Lough Neagh, danau air tawar terbesar di Eropa barat laut, telah menjadi sumber inspirasi bagi seniman dan kebanggaan bagi para nelayan selama berabad-abad. Namun, jumlah belut yang semakin berkurang dan kualitas air yang memburuk telah menjadi tantangan besar bagi para nelayan.
McCourt mewarisi lisensi nelayan dan perahu dari ayahnya, dan sekarang dia merasa beban tanggung jawab untuk menjaga tradisi keluarganya tetap hidup. Namun, dengan jumlah belut yang terus menurun dan kualitas air yang memburuk, masa depan nelayan seperti McCourt semakin terancam.
Meskipun ilmu pengetahuan telah berkembang, masih banyak misteri yang belum terpecahkan tentang siklus pembiakan belut dan dampak perubahan iklim terhadap populasi belut di seluruh Eropa.
McCourt berbicara tentang kesedihan ekologis yang dirasakan oleh para nelayan yang telah melihat penurunan drastis dalam jumlah ikan dan satwa liar selama bertahun-tahun. Kekhawatiran akan kehilangan pendapatan dan masa depan industri perikanan di Lough Neagh semakin memperburuk situasi.