Aulanews.id, Singapura – “Dua anak kami divonis menderita autism. Yang kami terima dari keluarga, dari tetangga, dari kawan adalah pertanyaan-pertanyaan. Kamu kan dokter, kok bisa anakmu Autis?” ujar Dokter Deibby Mamahit dengan suara bergetar. Seratusan warga Indonesia yang menghadiri pemutaran dan diskusi film dokumenter “Joshua Tree” terdiam. Hall Nusantara KBRI Singapura yang menjadi lokasi pemutaran film tersebut pada hari Sabtu, 14 Oktober 2023 mendadak senyap. ”Siapapun tidak menginginkan anaknya menderita autism. Kami pun berupaya mencari tahu cara menyembuhkannya. Kami tidak ingin hanya berhenti pada meributkan penyebabnya tapi lebih pada cara menyembuhkannya,” lanjut Deibby lagi yang putranya bernama Joshua menjadi subyek utama film tersebut. Dengan lantang, Deibby menyatakan bahwa kemajuan besar yang dicapai putranya adalah kesungguhan dan cinta dari keluarga. ”Saya mengajak semua orangtua untuk tidak berhenti mencintai dan memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya. Berilah waktu lebih banyak kepada mereka,” harap Deibby lagi.
Pemutaran dan diskusi film dokumenter ”Joshua Tree” ini dilaksanakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura untuk mendukung upaya menebar kesadaran dan harapan pada keluarga yang menderita autisme sebagaimana keluarga Dr Deibby beserta putranya Joshua. Film dokumenter berdurasi 23 menit ini disutradarai oleh George Arif yang juga meyutradarai film dokumenter Persona yang menampilkan aksi teater Koma. Film ”Joshua Tree”ini dibuat dengan pendekatan organik, diproduksi hampir selama dua tahun pada masa pandemik. ”Menampilkan kawan-kawan difabel menjadi salah satu visi saya karena saya melihat banyak dari masyarakat kita belum punya kesadaran inklusif. Apalagi kawan-kawan yang berada pada spektrum autism,” Ujar George. Proses produksi selama dua tahun ini dilakukan dengan proses online meeting dan melibatkan anggota keluarga sebagai videografer mempergunakan telepon genggam. ”Kamera yang goyang, kadang blur justru menjadi kekuatan karena yang muncul merefleksikan kedekatan personal. Banyak visual yang menunjukkan relasi personal Joshua dengan keluarganya yang sangat mengharukan yang mungkin akan sulit diambil oleh kamerawan profesional,” jelas George. Ia menjelaskan tantangan terbesarnya adalah memilih dan memilah footage berdurasi puluhan jam yang dihasilkan dari rekaman video dari sang ibu, kakak Joshua serta pengasuh Joshua.