Aulanews.id – Kurangnya pemahaman dalam melihat perbedaan antarsesama manusia, ditopang banyaknya penyebaran isu-isu kebencian di media sosial, menjadi penyebab kentalnya sikap intoleransi di masyarakat.
Hal itu diperparah dengan rendahnya pengetahuan keberagaman, serta mengedepankan norma agama tanpa melibatkan norma sosial.
Dalam kenyataan di masyarakat, intoleransi tampak dari adanya kecenderungan sikap sekelompok orang, dengan karakter tidak menghargai pendapat dan keyakinan orang lain, membatasi interaksi dengan individu lain dan menutup diri dari kehidupan sosial.
Hal itu terungkap dalam kegiatan “Sosialisasi Bahaya Intoleransi, Radikalisme dan Narkoba bagi Generasi Muda”, digelar di Bakorwil Bojonegoro, Rabu 4 Oktober 2023, diikuti lebih dari seratus siswa SMA/SMA dan organisasi pemuda, atas kerja sama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Timur.
Pada kesempatan dihadiri Kepala Bakorwil Bojonegoro, Dr. Agung Subagyo, S.STP., M.Si, Ketua FKPT Jatim Prof. Dr. Hj. Hesti Armiwulan S, SH, MHum, CCD, CMC, Kepala Bakesbangpol Provinsi Eddy Supriyanto, S.STP, M.PSDM, Kepala Bakesbangpol Kab Bojonegoro Mamudi SSos MM, dengan nara sumber Dr. Freddy Poernomo SH MH (anggota Komisi A DPRD Jatim).
Selain itu, narasumber dari pakar masalah narkoba M. Arifin MAg (Kabid Agama, Sosial Budaya FKPT Jatim), Prof. Dr. Hj. Husniyatus Salamah Zainiyati, MAg (Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya), dengan moderator Agus Imantoro, SE, SSos, MM. (Sekretaris FKPT Jatim).
Hadir juga Dra Hj Faridatul Hanum, MKomI (Kabid Perempuan dan Anak FKPT Jatim), Kabid Pengkajian & Penelitian: AKBP (Purn.) Bambang Agus Sangsono, SH, MM, dan Riadi Ngasiran (Kabid Media Hukum dan Humas FKPT Jatim).
“Intoleransi dapat diartikan sebagai rasa tidak tenggang rasa atau kebalikan dari kata toleransi yakni (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri,” tutur Eddy Supriyanto.
Tiga Melek bagi Generasi Muda
Hesti Armiwulan dalam sambutan menegaskan pentingnya tiga melek: melek politik, melek kemasyarakat dan sejarah, serta terpenting dalam mengakrabi media sosial dengan pentingnya melek media.
Semua itu merupakan kesadaran yang perlu tertanam bagi generasi muda dalam menghadapi Indonesia Emas 2045.
“Kami mentitipkan kepada adik-adik generasi muda untuk tetap memperjuangkan kejayaan negeri in,” tutur Hesti.