Aulanews.id, Jakarta – Nama Ridwan Kamil muncul sebagai kandidat cawapres Pabowo dan Ganjar. Apakah plus minus Ridwan Kamil saat menjadi cawapres prabowo dan ganjar?
Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, mulanya menjelaskan keuntungan bila Ridwan Kamil berpasangan dengan Prabowo. Ridwan Kamil dapat mempertebal suara Prabowo di Jawa Barat.
“Kelebihan Ridwan Kamil bagi Prabowo kalau berpasangan tentu akan menambah suara di Jawa Barat,” ujar Adi kepada wartawan, Jumat (15/9/2023).
Meski begitu, kehadiran Ridwan Kamil dianggap tidak bisa mendongkrak suara Prabowo di Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Selama ini (suara Jatim dan Jateng) menjadi kekurangan dari Prabowo Subianto,” kata Adi.
Hal minus selanjutnya bila Ridwan Kamil menjadi cawapres Prabowo akan adanya overlapping calon. Pasalnya, Golkar terus berupaya mengusulkan Ketum Airlangga Hartarto sebagai pendamping Prabowo.
“Apa mungkin Prabowo minat terhadap Ridwan Kamil sementara pada saat yang bersamaan Airlangga Hartarto yang diusulkan oleh Golkar? Ini bisa jadi tabrakan politik, bisa terjadi benturan interest politik antara Airlangga Hartarto dengan Ridwan Kamil,” terang Adi.
Adi menilai bukan tak mungkin akan terjadi ketersinggungan bagi Golkar. “Golkar sebagai kelembagaan menyorongkan Airlangga tapi malah ada kecenderungan, ada kode seakan-akan Prabowo itu lebih tertarik juga dengan Ridwan Kamil,” lanjutnya.
Adi lalu menjabarkan plus minus Ridwan Kamil bila berpasangan dengan Ganjar. Pertama dari survei, Ganjar-Ridwan Kamil cukup kuat dan elektabilitasnya tinggi.
“Dari segi kebutuhan elektoral, RK ini memberikan jawaban yang meyakinkan terutama pada basis politik di Jawa Barat, di mana di Jawa Barat, elektabilitas Ganjar ini belum relatif signifikan bila dibandingkan dengan Prabowo atau Anies Baswedan, oleh karena itu untuk menutup lemah elektabilitas di Jabar, jawabannya adalah RK,” ujar Adi.
Adi mengatakan duet Ganjar-Ridwan Kamil bisa menguasai pulau Jawa yang menjadi battle ground basis suara nasional. Suara di pulau Jawa, terang Adi, menyumbang hampir 46% dari suara nasional.
“Tapi harus diakui mungkin kalau disebut titik lemah dari RK itu partainya saat ini sudah menyatakan dukungan politik kepada Prabowo Subianto itu satu-satunya barrier yang terlihat karena RK sampai saat ini adalah orang Golkar bukan orang independen,” tambah Adi.
Meski begitu, Adi mencontohkan apa yang terjadi dengan Jusuf Kalla bisa pula terjadi dengan RK. Partai Jusuf Kalla, Golkar saat Pemilu 2004, mendukung Wiranto. Namun, Jusuf Kalla yang merupakan kader Golkar malah menjadi cawapres Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).