Wisata Religi Masjid Raya Ganting

Aulanews.id, Padang – Salah satu wisata religi di Sumatra Barat, yakni Masjid Raya Ganting yang terletak di Kelurahan Ganting, Kecamatan Padang, Kota Padang.

Masjid ini memiliki gaya arsitektur neo klasik dari Eropa yang dominan pada bagian fasad dengan dominasi warna biru langit.

Masjid tersebut merupakan salah satu dari 68 cagar budaya Kota Padang. Hal itu berdasarkan Surat Ketetapan (SK) Wali Kota Padang Nomor 25 tahun 1098.

Luas masjid diperkirakan sekitar 30 kali 30 meter persegi dengan 25 sokoguru (tiang) dan dapat menampung jamaah sebanyak 4000 orang. Sejak pembangunannya, masjid tersebut tercatat sudah dua kali dilakukan renovasi yaitu pada 1970 dan 2007.

Sejarah Masjid Raya Ganting

Masjid Raya Ganting berdiri pada abad 19 masehi. Dalam buku Rusli Amran yang berjudul Padang Riwayatmu Dulu menyebutkan Masjid Raya Ganting sudah dibangun pada 1866.

Kemudian Abdul Baqir Zein dalam bukunya yang berjudul Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia menulis, bangunan tersebut menjadi masjid yang tertua di Kota Padang. Ada 25 tiang pada masjid merupakan simbol jumlah nabi dan rasul. Nama 25 nabi dan rasul itu diukir dalam bentuk kaligrafi Arab.

Masjid Raya Ganting pernah dijadikan sebagai tempat manasik calon haji dan embarkasi haji pertama di wilayah Sumatera Tengah. Selain itu, bangunan tersebut juga menjadi salah satu bukti sejarah perjuangan masyarakat Sumatera Barat dalam merebut kemerdekaan Indonesia.

Pada masa Jepang, Masjid Ganting tidak hanya diperuntukan sebagai tempat keagamaan, namun juga pernah dijadikan sebagai markas Hizbul Wathan (HW). Gyugun dan Heiho. Selain itu masjid tersebut juga pernah disinggahi oleh Soekarno saat Jepang berhasil menguasai Indonesia.

Tempat Persinggahan Soekarno di Zaman Jepang

Wakil Ketua Yayasan Kebudayaan Minangkabau, Hasril Chaniago mengatakan, ketika Soekarno bersama Fatmawati dalam pengasingan Belanda di Bengkulu, Jepang mendarat di Sumatera pada 1942. Belanda kemudian membawa Soekarno bersama rombongannya ke Painan dan dijemput oleh HW menggunakan pedati yang ditarik oleh sapi.

Rombongan HW yang menjemput Soekarno tersebut bernama Dahlan Datuk Junjungan yang merupakan ayah Menteri Penerangan Indonesia tahun 1998, Muhammad Alwi Dahlan.

“Saya dapat cerita ini langsung dari Bapak Alwi Dahlan,” ujarnya.

Menurut Hasril, tentang lokasi tempat tinggal Soekarno selama di Padang memang banyak versi. Ada yang menyebut, jika Soekarno tinggal lama di rumah Waworuntu, seorang dokter hewan Belanda. (Mg06)

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist