Aulanews.id, Surakarta – Kota Surakarta atau biasa dikenal dengan Kota Solo memiliki banyak keistimewaan. Selain menjadi kawasan yang istimewa, kota ini memiliki hal menarik lainnya yang membuatnya semakin istimewa.
Disebut masakan, dari sop seperti soto, tengkleng dan pinggang sampai yang manis seperti serabi. Kemudian beragam destinasi wisata, mulai dari tempat bertema sejarah seperti museum, kampung batik di Kauman dan Laweyan, hingga menjelajahi beragam fauna di Taman Safari.
Kota Surakarta juga memiliki penduduk yang beragam baik dari segi suku, etnis maupun agama. Namun mengingat keberagaman yang ada, masyarakat Kota Bengawan dikenal memiliki tingkat toleransi yang tinggi. Hal ini dibuktikan ketika Kota Surakarta masuk dalam 5 besar kota/kabupaten paling toleran di Indonesia berdasarkan penilaian Indeks Kota Toleransi (IKT) terbaru yang dilakukan oleh Setara Institute.
Suasana toleransi yang berkembang di Kota Solo tidak terlepas dari contoh-contoh kepribadian Kota Solo yang toleran dan beriklim, termasuk Raden Mas Said. Di kota Surakarta juga terdapat Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTKIN), yaitu Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta.
Raden Mas Said adalah seorang pendiri Kadipaten Mangkunegaran, yang kemudian bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegaran I. Tokoh yang berjuluk Pangeran Sambernyawa tersebut juga dikenal sebagai pejuang yang gigih melawan para penjajah. Hal inilah yang kemudian membuatnya diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional.
Nama besar dan semangat perjuangan Raden Mas Said itulah yang kemudian menjadi inspirasi dalam pemberian nama kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said (RMS) Surakarta. Hal tersebut ditegaskan Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta, Prof Dr H Mudhofir.
“Kepahlawanan dan legacy Raden Mas Said dapat dijadikan sebagai penciri arah pengembangan universitas. Para pemimpin UIN Surakarta harus menetapkan idealita yang terarah, mau dibawa ke mana UIN Raden Mas Said ini agar dapat berkontribusi optimal kepada bangsa,” terang Mudhofir.
Ditambahkan Mudhofir, dari inspirasi perjuangan Raden Mas Said itu pula diharapkan dapat menjadikan transformasi kampus yang sebelumnya bernama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta tersebut, sebagai momentum untuk semakin menguatkan dedikasi kepada negara dan bangsa dengan integritas dan profesionalitas.
“Apalagi setelah transformasi menjadi UIN ini, mempersyaratkan integrasi sistem manajemen dengan menguatkan misi implementasi kelimuan keislaman berbasis moderasi Islam,” kata dia.