Aulanews.id – Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) Balitbang Diklat Kementerian Agama (Kemenag) menggelar Gebyar Nuzulul Qur’an. Kegiatan yang dibuka oleh Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenag Eny Retno Yaqut ini digelar di Lobby Kantor Kemenag Jalan MH Thamrin, Jakarta, selama empat hari mulai 10-14 April 2023.
Dalam kegiatan pengunjung dapat menyaksikan sembilan mushaf fenomenal yang menjadi koleksi Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal Kemenag. “Hari ini pameran tentang sembilan mushaf Al-Qur’an yang sudah disuguhkan dari mushaf yang terkecil, yang tebesar, yang terindah, yang kuno-kunoan, ada semua disini,” ucap Eny, Senin (10/4/2023).
“Momen ini bisa menjadi edukasi bagi kita semua, supaya mengerti bahwa LPMQ mempunyai produk-produk yang luar biasa. Ini harus dimanfaatkan oleh masyarakat. Mari datang ke Gebyar Nuzulul Qur’an ini,” ajak Eny.
Senada dengan Eny, Kepala Balitbang Diklat Kemenag Suyitno mengatakan bahwa pameran yang dilakukan memiliki dua tujuan. Pertama, untuk mengedukasi masyarakat agar mengetahui apa saja yang dimiliki Kemenag dan bagaimana cara mengaksesnya.
Kedua, pameran yang digelar bertujuan untuk memberikan informasi dan sosialisasi kepada masyarakat terkait produk-produk yang dimiliki LPMQ.
“Misalnya ambil contoh, ada hal yang sangat genuine yaitu proses tashih Qur’an. Saya kira tidak banyak orang yang tahu bagaimana proses tashih Qur’an ini. Kita juga punya produk mushaf Al-Qur’an untuk masyarakat berkebutuhan khusus, yaitu Qur’an Braile dan Qur’an Isyarat,” ungkap Suyitno.
“Makanya dengan melakukan pameran ini masyarakat menjadi tahu dan kemudian mereka bisa mengakses mendapatkan sumber-sumber pembelajaran ini,” ujar nya.
Selain pameran produk, dalam Gebyar Nuzulul Qur’an juga dibuka Konsultasi Layanan Tashih Al-Qur’an, pameran Kaligrafi Batik, serta penyerahan hadiah bagi pemenang lomba membaca Al-Qur’an Braille dan Al-Qur’an Isyarat.
Adapun Sembilan Mushaf Fenomenal yang dipamerkan, sebagai berikut:
1. Mushaf Al-Qur’an terkecil (Mushaf Istanbul)
Mushaf kecil ini disebut Mushaf Istanbul karena dahulu umumnya dicetak di Istanbul. Mushaf kecil ini berukuran 3×4 cm, 2×3 cm dan 1,5×2,5cm. Sebagian mushaf kecil bisa dibaca, sebagian lagi tidak, tergantung kualitas cetakannya. Biasanya mushaf kecil ini diperoleh sebagai kenangan atau oleh-oleh dari ibadah haji.
2. Mushaf Al-Qur’an terbesar, Mushaf Wonosobo (1992)
Mushaf terbesar di Indonesia yang ditulis oleh dua orang santri Pondok Pesantren Al-Asy’ariyah, Wonosobo, Jawa Tengah. Ukuran halaman 150 x 200 cm, dengan berat 300 kg.