Aulanews.id – Kepala SD Negeri 26 Krui, yang lokasinya termasuk dalam wilayah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T) di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, mengatakan para guru tetap semangat mengajar murid-muridnya meski banyak keterbatasan.
Kepala SDN 26 Krui, Isdiarto, dalam bincang-bincang yang digelar daring diikuti dari Jakarta, Rabu (9/11), menjelaskan bahwa secara geografis, sekolah tersebut berada di antara hutan kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Untuk menuju ke sekolah, Isdiarto yang biasa disapa Is mengatakan satu-satunya akses adalah melalui jalur darat dengan kondisi jalan yang masih berupa tanah, yang akan berubah menjadi lumpur saat musim hujan tiba.
“Jadi kita harus menyusuri hutan belantara, TNBBS, dan bisa melalui pesisir laut. Tapi pesisir ini hanya bisa dilakukan pada waktu tertentu, ketika cuacanya bagus. Kurang lebih berjarak 20-30 kilometer dari ibukota kecamatan,” kata Is dikutip dari Antaranews.com
“Akses menuju (sekolah) kita juga harus menyeberangi lima muara. Dua muara sudah ada jembatan kayu, tiga muara belum. Jadi ketika hujan, banjir, ini adalah yang saya takuti. Dari jalan yang bisa dilewati kendaraan motor itu, kurang lebih 20-25 kilometer. Kalau sudah biasa jalan enggak berasa lama, ya, sekitar 3-4 jam bisa sampai,” lanjutnya.
Is bercerita bahwa dia pertama kali datang ke Pesisir Barat pada tahun 2014, ketika baru diterima CPNS. Awalnya, ia mengaku kaget karena kondisi sekolah di wilayah tersebut sangat berbeda dengan kondisi sekolah-sekolah yang ia hadapi sebelumnya, karena masih berdinding papan dan berlantai tanah.