Aulanews.id. JAKARTA – Menyambut Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU), Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar NU (PBNU) akan menggelar Gerakan serial Fiqih Halaqoh. Gerakan bertajuk “Halaqoh Fiqih Peradapan” akan dimulai pada 9 Agustus mendatang di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
Ketua Lakpesdam PBNU Ulil Abshar Abdalla mengatakan halaqoh akan melibatkan para kiai di pesantren-pesantren membahas bagaimana umat Islam terutama Nahdiyin menghadapi perubahan-perubahan di dalam masyarakat modern. Perubahan dalam level politik, ekonomi, budaya, dan bagaimana umat Islam memberikan respon yang tepat terhadap perubahan besar.
“Misalnya kan sekarang ini ada masalah-masalah yang terkait dengan hubungan antar kelompok, penuh dengan ketegangan karena masalah-masalah identitas, polarisasi politik atau munculnya Negara Nasional,” kata Gus Ulil, panggilan akrabnya. Menurut Ulil, semua itu membuat umat Islam agak gagap menanggapi masalah ini.
Sebetulnya tema-tema ini, lanjut Ulil, sudah dibahas dalam rapat dan diskusi di PBNU serta di kalangan pesantren. “Namun, kita ingin mengajak kiai-kiai ini membicarakannya dengan tujuan agar dunia pemikiran di pondok pesantren hidup kembali,” tegas menantu Gus Mus ini.
Ulil menjelaskan, intelektualisme di kalangan NU pernah marak di tahun 80-an atau di era Gus Dur. “Di era Gusdur itu ada holaqoh kontekstualisasi kitab kuning yang kemudian melahirkan pemikir-pemikir NU yang sekarang ini,” terangnya.
Halaqoh Fiqih Peradapan rencananya akan Kick Off di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta 09 Agustus mendatang. “Setelah itu akan terus berlanjut sampai bulan Januari tahun depan bersamaan dengan peringatan Satu Abad NU,” ujar pengampu Ngaji Tasawuf Kitab Ihya’ Online ini.
Rencananya halaqoh akan digelar di 240 pesantren di seluruh Indonesia. “Harapannya supaya para kiai bisa memberikan tanggapan yang kreatif terhadap tantangan-tantangannya sekarang ini. Kan perubahan-perubahan itu harus dipahami,” tukasnya.
Menurut Ulil, system global yang sekarang ini terjadi menuntut para pengasuh pondok pesantren harus paham bagaimana kitab-kitab yang dipelajari di pondok bisa kita pakai untuk menganalisa keadaaan sekarang. “Tema-tema seperti itu selama ini hanya dibahas di UIN di kalangan sarjana tapi kalangan pondok pesantren kan kurang dilibatkan,” tutur Ulil. Setelah digelarnya halaqoh diharapkan para kiai dan pengasuh pondok pesantren harus terlibat secara serius dengan memikirkan dunia modern ini dan merumuskan bagaimana Islam harus menjadi solusi. (Vin)